Mohon tunggu...
Lis Lisa
Lis Lisa Mohon Tunggu... Buruh - Mahasiswa Pendidikan Sosiologi UNJ

Pendidikan Sosiologi B 2018

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Pendidikan Masyarakat Kurang Mampu di Kala Pandemi

14 Januari 2021   07:45 Diperbarui: 14 Januari 2021   07:53 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Sebuah Virus yang disebut sebagai Virus yang mematikan muncul pada awal tahun 2020 di Wuhan, China, diberi nama sebagai Covid-19. Virus ini menyerang daerah pernapasan pada bagian tubuh manusia, menyebar melalui udara sekitar dan juga benda-benda lainnya yang terkontaminasi. Gejala awal dari Virus ini ialah demam tinggi, gangguan pernafasan dan batuk. Pergerakan Virus diketahui sangat cepat karena pada bulan pertama awal tahun 2020 sudah banyak kasus dari berbagai negara yang mengkonfirmasi adanya Virus Covid-19 di negaranya.

Dunia di buat kalang kabut dengan adanya Virus Covid-19 ini, akhirnya tanpa mau mengambil banyak resiko banyak negara yang melakukan lockdown demi keamanan warga negaranya. Hanya Indonesia yang masih berani membuka diri untuk  penerbangan Internasional, destinasi wisata dan fasilitas umum lainnya, dikala banyak negara yang takut akan keganasan Virus Covid-19 pemerintah dalam menanggulanginya masih sempat bercanda, bahwasanya orang Indonesia kebal akan Virus dan dapat di tangani dengan makan nasi kucing.

Lantas keseriusan pemerintah dalam menjalankan tugasnya dipertanyakan oleh rakyat, banyak yang menuntut pemerintah harus mengambil tindakan yang tegas untuk menangani Virus ini sebab hal ini bukan hanya menjadi masalah nasional saja melainkan permasalahan global. 

Namun pemerintah masih bersikeras bahwa Indonesia bebas dari ancaman Covid-19, hingga akhirnya pada tanggal 2 Maret 2020 terkonfirmasi kasus Covid-19 dari dua orang warga Depok yang berkomunikasi dengan turis asing. Namun alih-alih langsung mengambil kebijakan lockdown pemerintah malah asik berkutat dengan RUU baru untuk segera di sah kan. Banyak masyarakat yang berspekulasi bahwa nyawa dari wargar negaranya dianggap main-main dalam hal ini.

Lalu baru pada akhir Maret pemerintah mengambil tindakan untuk melakukan lockdown, di mulai dari meliburkan sekolah, pekerjaan dan membatasi jam buka toko yang beroperasi agar tidak terjadi kontak langsung dengan orang banyak. Dari sini menimbulkan banyak masalah baru akibat ketidak jelasan pemerintah dalam menangani kasus Covid-19 yang sudah merajalela di Indonesia. Pemerintah kelabakan menghadapi Virus, tiap harinya kasus Covid-19 selalu bertambah dan tak henti hentinya menunjukkan hal ini akan berakhir.

Dampak terbesar akibat kelalaiannya pemerintah dalam mengambil keputusan dari wabah Pandemi ini ialah kesehatan yang diabaikan, ekonomi yang semakin meroket kebawah dan pendidikan yang kurang maksimal dijalankan, dimana hal-hal tersebut menjadi hal yang cukup fatal karena tidak adanya keseriusan pemerintah dari awal berita Virus tersebar.

Saat warganya masih banyak yang mengais rezeki melalui pekerjaan pekerjaan yang memaksa mereka untuk tetap diluar rumah sementara Virus tak kunjung reda, pemerintah bukannya menyediakan bantuan pangan yang layak secara cepat dan merata mereka malah asik berkutat dengan RUU Ominibus Law. Disaat perekonomian semakin menurun pekerjaan yang selalu di bahas hanya rapat kerja yang tak diharapkan oleh warganya.

Masyarakat sebenarnya menaruh harap pada pemerintah agar mendapatkan solusi, namun bukan solusi yang didapat ditengah Pandemi seperti ini malah pil pahit yang tidak diharapkan disodorkan oleh pemerintahannya sendiri.

Disamping kesehatan yang dilalaikan dan perekonomian yang menurun, Indonesia di hadapankan pada anak bangsa yang terabaikan Pendidikannya akibat Pandemi. Banyak yang merasa bingung bagaimana mereka tetap bisa mendapatkan pendidikan yang layak sementara sekolah ditutup. 

Akhirnya muncul lah ide gagasan baru dari Kemendikbud dalam permasalahan pendidikan ini, yaitu belajar secara daring atau Online melalui sosial media pada Smartphone yang ada untuk Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Namun rupanya lagi-lagi, alih-alih menjadi solusi hal ini menjadi masalah baru bagi masyarakat yang kurang mampu dengan apa yang direncanakan oleh Kemendikbud.

Banyak dari masyarakat yang kurang mampu tidak memiliki media Smartphone atau media yang direncanakan Kemendikbud. Akhirnya mau tak mau mereka memaksakan diri untuk tetap bekerja diluar agar dapat membeli Smartphone untuk kegiatan belajar sang buah hati, belum lagi tidak adanya subsidi pemerintah untuk kuota data saat itu, menambah beban mereka untuk bekerja lebih keras Dikala Pandemi. Niat hati terhindar dari Virus namun malah harus tetap bekerja demi memenuhi kebutuhan keluarga dan pendidikan sang anak. Sudah terhimpit perekonomian keseharian untuk makan, dihimpit pula dengan gagasan pemerintah yang tidak secara merata.

Banyak masyarakat yang kurang mampu tidak mendapatkan bantuan pemerintah secara merata, entah karena pasokan bantuan yang kurang atau karena pemerintah tidak memberikan. Sehingga banyak dari mereka yang sudah tidak mempedulikan lagi akan ada atau tidaknya Virus Covid-19, mereka harus tetap bekerja mengais rezeki demi keberlangsungan kehidupan mereka.

Selain itu Indonesia dihadapkan pada banyak PR dalam hal Pendidikan yang saat ini dihadapi oleh tenaga kependidikan akibat banyaknya hal yang terlewat disamping memberikan tugas namun pendekatan sosial yang dilakukan guru pada murid menjadi terasa kurang disaat Pandemi, karena apa yang bisa didapatkan saat di sekolah tidak bisa didapatkan hanya dengan menatap layar Smartphone, sehingga banyak peserta didik saat ini yang merasa pusing dan stress akibat PJJ ini. Hal ini memang menjadi tantangan tersendiri bagi tenaga Pendidik pada saat Pandemi saat ini.

Dalam pemikiran Paulo Freire, ia menginginkan proses belajar sebagai bentuk investigasi kenyataan. Yang dimaksud pendidikan itu melibatkan indentifikasi permasalahan yang terjadi dalam masyarakat. 

Dalam konteks pendidikan negara agraris contohnya, kurikulum pendidikan harus melibatkan realitas permasalahan pertanian di dalamnya. Freire juga mencontohkan sistem pengajaran idealnya antara guru dan murid. Proses ini merupakan investigasi bersama-sama yang terus dilakukan oleh para murid. 

Para murid diharuskan memahami bahwa kegiatan mengetahui adalah suatu proses yang tidak pernah berakhir. Sedangkan bagi para guru, mereka harus memposisikan diri juga sebagai murid yang tidak pernah berhenti untuk belajar. 

Dalam tahap ini, Freire percaya bahwa pendidikan yang dialogis dengan rakyat yang tertindas dapat menuntun pada dunia yang lebih manusiawi. Sementara hal tersebut menjadi hal yang cukup sulit karena kurang nya contoh lapangan secara langsung untuk dilakukankukan disaat Pandemi seperti ini, sehingga tenaga pendidik harus memutar otak secara ekstra agar pembelajaran dapat dipahami oleh para muridnya.(Collins 2011)

"Panggilan manusia sejati adalah menjadi pelaku yang sadar, yang bertindak mengatasi dunia serta realitas yang menindas atau mungkin menindasnya." (Paulo Freire)

Daftar Pustaka
Arifa, Fieka Nurul. 2020. Tantangan Pelaksanaan Kebijakan Belajar Dari Rumah Dalam Masa Darurat Covid-19. Info Singkat;Kajian Singkat Terhadap Isu Aktual Dan Strategis, Vol.XII(7): 6.

Collins, Denis. Paulo Freire: Kehidupan, Karya dan Pemikiran. Yogyakarta, Komunitas Apiru dan Pustaka Pelajar. 2011.
Freire, Paulo. 2008. Pendidikan Kaum Tertindas, Terjemahan: Tim Redaksi. Jakarta: LP3ES.
Jamilah. 2020. Guru profesional di era new normal: Review peluang dan tantangan dalam pembelajaran daring. Premiere Educandum: Jurnal Pendidikan Dasar dan Pembelajaran, Vol.10(2): 238.
Suni Astini, Ni Komang. 2020. Tantangan Dan Peluang Pemanfaatan Teknologi Informasi Dalam Pembelajaran Online Masa Covid-19. Cetta: Jurnal Ilmu Pendidikan, Vol.3(2): 241-255.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun