Mohon tunggu...
Vriska Liska Sihombing
Vriska Liska Sihombing Mohon Tunggu... Human Resources - #perempuanadalahmasadepan

KOMUNITAS KARTINI INDONESIA (KOKASI) ig: @kokasi.id ig: @vriskaliskasihombing

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Perempuan yang Hilang Rasa? Aku Kah Itu?

6 April 2018   21:58 Diperbarui: 6 April 2018   22:03 974
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ini selalu cerita malam. Cerita dimana aku dan kamu yang kusebut kita bertemu diwaktu yang sama  pada malam. Aku berterimakasih kepada malam yang sudah mau menemani kita sampai pada malam perdebatan itu. Malam menjadi saksi untuk banyaknya kata-kata yang menyatu menjadi kalimat yang kita ungkapkan secara bergantian, bahkan tak jarang terucap saat sebelum waktumu yang berbicara. Malam aku berterimakasih kepadamu yang sudah mau bersamaku dan menemaniku saat aku harus sendiri diperbincangan yang belum usai itu.

Kau begitu jauh didalam lubuk hati bumi ini. Kau menyiapkan diri untuk dicintai bumi ini atau kau merelakan diri untuk dilihat dengan paham yang berbeda oleh banyaknya pasang mata yang melihatmu. Kepulan pikiranmu begitu kuat terikat oleh........... entah oleh apa. Kau begitu jauh dan hampir tidak tersentuh oleh kulitku. Adalah pikirmu yang merajaimu sampai aku sulit membawa perasaanku  untuk masuk kedalammu. Terkadang aku bertanya kau ini apa? atau kau ini siapa?

Waktu tetap menjadi waktu yang ada disampingku yang menguasai hidupku. Sama, waktu juga adalah temanku. Kita banyak berbincang tentang asal dan kepribadian kita masing-masing ditemani waktu yang telah lalu-lalu (ini cerita dimalam-malam yang telah berlalu). Mulut yang darinya aku sering mendapatkan kekuatan lagi juga aku mendapatkan kalimat yang cukup pedas. 

Ada hal yang menyakitkan yang kamu lakukan kepadaku dan itu terjadi tidak satu kali. Dimana saat aku mecoba untuk menyampaikan maksud baikku untukmu dan yah kamu menolaknya dengan lembut dan sangat masuk akal. Dengan banyak retorika dan hal lain yang lekat dan identik denganmu. Mungkin aku belum banyak perbendaharaan kata dan kalimat-kalimat untuk ku ucapkan semaksud membalas pernyataan-pernyataanmu yang tak jarang berseberangan dengan apa yang kumaksud.

Pernahkah terpikir olehmu bahwa aku tidak sedang dikuasai pikiranku untuk datang dan berbincang denganmu? aku membawakan senjataku yaitu 'perasaanku' . Perasaankulah yang mengantarkanku untuk bertemu denganmu. Atau aku salah dengan itu?. Aku selalu bergemelut dengan perasaan-perasaanku dan atau prasangkaku yang melulu tidak asik untuk dibahas menurutmu. 

Dan aku sampai merasa bosan dengan perbincangan yang kita sudah sering bahas ini. Aku  bosan dengan persoalan yang belum bertemu dengan solusinya ini olehmu, dan juga aku bingung harus menempatkan perasaan kesal ku ini. 

Aku menjadi bersahabat dengan masalah-masalah yang begitu, yang menurutmu lahir dari prasangka-prasangka burukku dan kecemburuan yang tidak jelas. Dan kita kembali ke argumen masing-masing. Bahkan, dari banyak perbincangan dan perdebatan ini aku sangat merindukan ketenangan tanpa ada yang membayangiku, aku juga tidak ingin berdebat panjang untuk masalah yang itu-itu saja. Tolong bantu aku (aku meminta). 

Sekarang perasaanku berbicara lagi. Aku merasa saking aku sering tidak mendapati solusi dari apa yang kita sudah sering bicarakan ini, aku sering merasa tersakiti, dan aku tidak ada tempat di entah bagian manamu. Dan perasaan sakit hati dan kecewa datang silih berganti. Tapi seperti yang aku sudah pernah sampaikan bahwa aku menganggap dan menyebut ini adalah 'pelajaran hidup' untuk mampu terlatih patah hati dan tersakiti. Yang kurasakan sekarang adalah aku bingung, apakah aku sudah lulus dari ini atau atau aku hanya terpenjara dengan feeling yang luarbiasa sangat tidak mengenakan ini.

Saat-saat ini aku tidak lagi mengharapkan hal-hal manis terjadi. Harapan seperti itu sudah kubuang jauh karena entah kenapa kita seperti belum familiar dengan hal itu. Kini aku sulit merasakan kasihmu atau sayangmu yang menurutmu sudah dengan tulus kau perbuat. 

Entahlah hatiku yang kini buta dan sudah sangat jauh jatuh kedalam kegelapan apa pun itu hingga aku payah merasakanmu atau kamu kah yang sudah menjauh itu. Aku sangat bersedih untuk ini. aku seperti kehilangan rasa. Aku kehilangan rasa, aku kehilangan rasa, dan aku kehilangan rasa? tolong jangan, itu adalah senjataku..........

Seperti lirik lagu, 'aku tahu kutakkan bisa menjadi seperti yang engkau minta tapi selama nafas berhembus aku kan mencoba menjadi seperti yang kau minta'. Lirik lagu ini sangat mewakili ku akan apa yang  inginku sampaikan kepadamu. Kepadamu wahai pemilik mesin ketik ini.

Pematangsiantar, 6 April 2018

VLS 

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun