Mohon tunggu...
lisan dipo
lisan dipo Mohon Tunggu... PERBEDAAN ITU BUKAN MASALAH TAPI YANG MASALAH ITU APABILA SUKA MEMBEDA-BEDAKAN
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

BELAJAR DANDANI ATI TEKAN PUCUK

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Prasasti beraksara Kawi (Jawa Kuno) ditemukan di Filipina

9 Desember 2023   19:04 Diperbarui: 9 Desember 2023   19:11 526
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ensiklopedia Sejarah dan Iptek

Lisandipo, Kompasiana.com - Pada tahun 1989, sebuah prasasti beraksara Kawi (Jawa kuna) ditemukan di Filipina. Prasasti tersebut diberi nama Laguna oleh para ahli karena ditemukan di dekat danau tersebut. Ternyata, prasasti ini dibuat pada tahun 900 M atau sesuai dengan yang tertulis pada isi prasasti yaitu 822 saka. Isi prasasti ini membuktikan bahwa Filipina memiliki sejarah dan peradaban yang berusia ratusan tahun sebelum Spanyol menjajah negara tersebut.

Namun, dekade sebelumnya, pemerintah Filipina menyebarkan propaganda yang menyatakan bahwa sejarah dan peradaban awal Filipina dimulai secara signifikan setelah kedatangan para conquistador dan misionaris Spanyol ke kepulauan tersebut. Ternyata, sejarawan Filipina mulai menolak pendapat tersebut setelah ditemukannya prasasti Laguna. Prasasti ini menghubungkan sejarah Filipina dengan Medang (Mataram Kuna). Cuplikan isi prasasti tersebut berbunyi, "Sang Tuan yang terhormat dari binwangan mengakui semua kerabat Namwaran yang masih hidup dan yang telah diklaim penguasa dewata, yang diwakili oleh sang penguasa Medang."

Prasasti ini adalah bukti bahwa sejak dahulu daerah kepulauan Filipina sudah memiliki peradaban dan adanya pengaruh Medang. Bahasa yang digunakan dalam prasasti ini campuran dengan unsur Jawa kuna, Melayu kuna, sansekerta, dan bahasa Tagalog lokal. Prasasti ini bisa menjadi petunjuk tentang bahasa persatuan Nusantara pada era abad ke 7-9 Masehi era Medang.

Prasasti Laguna membahas tentang pernyataan pembebasan hutang emas terhadap seseorang bernama Namwaran. Di dalamnya juga menyebutkan sejumlah nama tempat di sekitar Filipina (Tondo, Pila, dan Pulilan), serta menyebut nama "Mdang" (Mataram Kuna), serta beberapa tempat yang belum bisa dipastikan seperti Dewata. Prasasti ini menjadi petunjuk mengenai adanya pengaruh Kerajaan Medang di Pulau Luzon pada awal abad ke-10. Kini, prasasti ini tersimpan di Museum Nasional Filipina.

Wacana yang dapat ditarik dari sini adalah apakah bahasa Jawa kuna dan Melayu kuna adalah dua bahasa yang berbeda atau hanya variasi dari satu bahasa yang sama karena letak geografis dan perkembangan budaya masing-masing daerah yang terpisah laut. Bahasa yang digunakan di dua daerah ini bentuk lafal dan intonasi adalah cukup berbeda namun masih dianggap sebagai variasi bahasa jawa secara umum dan penduduk di dua tempat itu masih bisa mengerti saat diajak berbicara dengan variasi bahasa Jawa yang berbeda.

Terlepas dari perbedaan dalam bahasa, terdapat banyak kemiripan antara bahasa Jawa kuna dan Melayu kuna. Kedua bahasa ini secara virtual terlihat agak berbeda, namun sebenarnya sangat mirip. Kedua bahasa ini tentu berasal dari bahasa yang sama dan memiliki banyak varian lain di pulau-pulau lain di Nusantara yang mirip dengan kedua bahasa tersebut. Mengingat luasnya Nusantara yang terpisah-pisah oleh laut, penyebaran bahasa kepulauan ini hanya mungkin terjadi karena dahulunya seluruh kepulauan bersatu atau mungkin dipersatukan.

Makna secara lebih luas dari prasasti Laguna adalah bahwa bahasa, sejarah, dan peradaban Nusantara merupakan bagian dari budaya global. Prasasti ini menjadi bukti bahwa pengaruh Kerajaan Medang bahkan telah terjadi hingga Filipina dan menunjukkan bahwa budaya Indonesia memiliki sejarah yang panjang dan penting dalam perkembangan budaya dunia. Ini dapat memberikan dorongan untuk melestarikan bahasa dan budaya asli Nusantara agar tetap lestari dan diperkenalkan lebih luas ke seluruh dunia.

Apa yang membuat  bahasa Jawa Kuno dan Melayu Kuno Berbeda? 

Bahasa Jawa kuna dan Melayu kuna memiliki kemiripan yang sangat besar, tetapi tetap saja terdapat beberapa perbedaan dalam kedua bahasa tersebut. Hal ini dapat terjadi karena letak geografis dan perkembangan budaya di masing-masing daerah yang terpisah laut.

Bahasa Jawa kuna lebih banyak menggunakan kosakata Jawa kuno yang memiliki banyak persamaan dengan bahasa Sanskerta, meliputi kata-kata benda, kata sifat, dan kata-kata kerja. Bahasa Jawa kuna juga lebih banyak menggunakan bahasa baku atau bahasa resmi, dan lebih sulit dimengerti oleh orang awam.

Sedangkan, bahasa Melayu kuna lebih banyak menggunakan kosakata Melayu kuno dan kosakata asal Sumatera dan Kalimantan. Bahasa Melayu kuna lebih mudah dipahami karena menggunakan bahasa alami atau bahasa yang digunakan sehari-hari. Bahasa Melayu kuna juga lebih mudah dipengaruhi oleh budaya luar seperti camping, permukiman, dan perniagaan yang pada saat itu berkembang cukup pesat.

Terdapat perbedaan dalam sistem penulisan dan aksara yang digunakan dalam kedua bahasa ini. Bahasa Jawa kuna menggunakan aksara Kawi atau huruf Jawa, sementara bahasa Melayu kuna menggunakan aksara Jawi atau aksara Arab yang telah dimodifikasi agar dapat digunakan untuk menulis bahasa Melayu.

Secara keseluruhan, bahasa Jawa kuna dan Melayu kuna adalah variasi dari satu bahasa yang sama namun memiliki sedikit perbedaan karena letak geografis dan perkembangan budaya masing-masing daerah yang terpisah laut.

Berikut adalah contoh kosakata Jawa kuno dan Melayu kuno:

Kosakata Jawa Kuno:

1. Rahmat: kasih sayang
2. Munggaran: pohon aren
3. Ratnaningsih: permata indah
4. Swargaloka: surga
5. Kertarajasa: raja yang memiliki kejayaan

 Kosakata Melayu Kuno:

1. Wahyu: firman Tuhan
2. Seri: emas
3. Jadi: terjadi
4. Tanah: bumi
5. Cinta: asmara

Kedua bahasa ini memiliki banyak kosakata yang diserap dari bahasa Sansekerta, namun bahasa Jawa kuno lebih banyak menggunakan persamaan kata-kata benda, kata sifat, dan kata-kata kerja dengan bahasa Sanskerta. Sedangkan bahasa Melayu kuno lebih banyak meminjam dari bahasa Melayu asal Kalimantan dan Sumatera.

Penulis: Kang Lisandipo
Sumber:
-philiphine laguna inscription
-Paul Morrow''s the laguna copperplate inscription
- Philippine Studies: Historical and Ethnographic Viewpoints is published by the Ateneo de Manila University

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun