Mohon tunggu...
Lisa Dwi Fatika Sari
Lisa Dwi Fatika Sari Mohon Tunggu... Mahasiswi Prodi Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, NIM 24107030070

Perempuan yang menyukai alam, kuliner, dan musik

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Situ Lengkong Panjalu: Perjalanan Spiritual Di Atas Danau, Do'a, dan Kebersamaan

31 Mei 2025   21:39 Diperbarui: 31 Mei 2025   21:39 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto parkiran bis di pinggir jalan tepi danau (Sumber: Potret Pribadi)

Ziarah Walisongo bukan sekadar kegiatan spiritual, tapi juga menjadi semacam "wisata religi" yang menghubungkan perjalanan ruhani dengan pengalaman eksploratif yang menyenangkan. Perjalanan ini diawali dari Jogja, bersama rombongan empat bis dari  pondok pesantren penulis. Keberangkatan dilakukan di hari Jumat siang, tepat setelah shalat Jumat, dengan membawa barang secukupnya untuk perjalanan empat hari penuh makna dan kebersamaan.

Potret Penulis dan teman-teman (Sumber: Potret Pribadi)
Potret Penulis dan teman-teman (Sumber: Potret Pribadi)

Destinasi pertama adalah makam Simbah Yai Ichsan Asyhari, lalu dilanjutkan ke makam-makam wali yang tersebar di Yogyakarta dan Jawa Tengah. Suasana dalam bis terasa hangat dengan obrolan, canda tawa, dan lantunan sholawat menjadi teman sepanjang perjalanan.

Setelah mengunjungi para wali di Jawa Tengah, barulah rombongan bis bergerak ke arah barat, menuju destinasi yang menjadi salah satu favorit penulis yaitu makam Syekh Panjalu di Situ Lengkong, Ciamis, Jawa Barat.

Perjalanan dari Jogja ke Panjalu memakan waktu sekitar tujuh jam. Setibanya di Panjalu sekitar pukul dua dini hari, udara segar dan dingin langsung menyapa tubuh yang lelah. Daerah di sekitar danau tampak sunyi namun damai. 

Gambar Foto bersama di jalan pinggir danau (Sumber: Potret Pribadi)
Gambar Foto bersama di jalan pinggir danau (Sumber: Potret Pribadi)

Begitu turun dari bis, dengan mata masih setengah mengantuk, para santri duduk bertebaran di pinggir jalan. Momen itu pun diabadikan dengan berfoto bersama teman-teman, menyimpan kenangan dalam bentuk gambar, bukan hanya dalam ingatan.

Perut pun tak bisa diajak kompromi. Di tengah hawa dingin yang menusuk, kami memutuskan mencari makan malam, dan jadilah kami membeli nasi goreng, bakmi goreng, dan dilengkapi teh hangat menjadi penyelamat. Sambil menyantap hidangan sederhana itu, obrolan dan gurauan mengalir begitu saja, mencairkan kantuk yang tersisa. 

Foto parkiran bis di pinggir jalan tepi danau (Sumber: Potret Pribadi)
Foto parkiran bis di pinggir jalan tepi danau (Sumber: Potret Pribadi)

Setelah selesai makan, kami kembali ke area bis, menunggu instruksi panitia hingga adzan Subuh berkumandang. Sholat dilakukan di mushola terdekat, lalu kembali ke bis, bersantai sejenak, sambil menanti pukul setengah enam pagi, ya sebagai waktu yang dijadwalkan untuk menyeberang ke makam Syekh Panjalu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun