Baby Blues: Saat Ibu Butuh Didengar, Bukan Dianggap Manja
Banyak orang mengira setelah melahirkan, hidup seorang ibu pasti penuh kebahagiaan. Bayi sehat, ibu sehat, keluarga senang, semua tampak sempurna. Tapi kenyataannya, banyak ibu justru merasakan hal sebaliknya: sedih tanpa alasan jelas, mudah marah, sering menangis, bahkan merasa tidak mampu menjadi ibu.
Fenomena ini dikenal dengan istilah baby blues. Sayangnya, masih banyak masyarakat yang menganggap kondisi ini sebagai "kelemahan" atau "sifat manja" seorang ibu. Padahal, baby blues adalah hal yang nyata, dialami banyak ibu, dan sangat butuh perhatian.
Apa Itu Baby Blues?
Baby blues adalah kondisi emosional yang muncul biasanya dalam 3--14 hari setelah persalinan. Gejalanya antara lain: mudah menangis, cemas berlebihan, sulit tidur meski bayi tidur, cepat tersinggung, merasa tidak berharga, hingga kehilangan semangat.
Menurut American Pregnancy Association, sekitar 70--80% ibu baru mengalami baby blues. Jadi bisa dibilang, ini bukan hal langka justru sangat umum terjadi.
Mengapa Baby Blues Terjadi?
Banyak faktor yang memengaruhi kondisi ini:
Perubahan hormon
Setelah melahirkan, kadar estrogen dan progesteron turun drastis. Perubahan hormon inilah yang bisa memengaruhi suasana hati ibu.Kelelahan fisik
Proses persalinan bukan hal ringan. Belum lagi begadang, menyusui, dan rasa sakit pasca melahirkan.Tekanan sosial
Tuntutan jadi "ibu sempurna", komentar dari tetangga, mertua, atau bahkan keluarga sendiri sering kali membuat ibu merasa terbebani.Kurangnya dukungan
Banyak ibu merasa sendirian mengurus bayi. Padahal, dukungan suami dan keluarga sangat berpengaruh. Sebuah riset di Journal of Maternal Health (2019) bahkan menunjukkan, dukungan keluarga dapat signifikan menurunkan risiko baby blues dan depresi pasca persalinan.
Mitos vs Fakta Baby Blues
Mitos: Baby blues hanya dialami ibu yang lemah.
Fakta: Siapa pun bisa mengalaminya, bahkan ibu yang sebelumnya sehat mental.Mitos: Kalau sering nangis berarti nggak bersyukur.
Fakta: Menangis adalah salah satu gejala normal dari baby blues, bukan tanda kurang iman.Mitos: Baby blues itu lebay.
Fakta: Baby blues nyata, dialami mayoritas ibu, dan perlu dipahami.
Apa yang Bisa Membantu Ibu Menghadapinya?
Suami dan keluarga mendengar tanpa menghakimi.
Kadang ibu hanya ingin didengar, bukan dikuliahi.Kurangi komentar negatif.
Alih-alih berkata, "Kok ASI kamu sedikit banget?", lebih baik bilang, "Kamu hebat sudah berusaha menyusui."Berani cerita.
Ibu perlu berani membuka diri, entah pada pasangan, keluarga, atau tenaga kesehatan.Beristirahat bila ada kesempatan.
Tidur sebentar saat bayi tidur bisa sangat membantu.
Kapan Harus Waspada?
Baby blues biasanya mereda dalam 1--2 minggu. Tapi jika perasaan sedih makin berat, tidak kunjung membaik, atau muncul pikiran menyakiti diri/bayi, bisa jadi itu tanda depresi pasca melahirkan. Menurut WHO, 10--20% ibu baru mengalami depresi pasca persalinan. Kondisi ini jelas butuh pertolongan profesional, bukan sekadar motivasi atau nasihat klise.
Penutup
Baby blues bukan tanda kelemahan. Bukan pula sifat manja. Ini adalah kondisi wajar yang dialami banyak ibu setelah melahirkan. Yang dibutuhkan bukanlah kritik, melainkan telinga yang mau mendengar, bahu untuk bersandar, dan dukungan tulus dari orang-orang terdekat.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI