Mohon tunggu...
Lintang Pualam
Lintang Pualam Mohon Tunggu... Guru - Puitis bukan hanya milik sang penyair

Lahir di Cilacap, kota indah dengan pantai yang membentang di sisi selatan pulau Jawa.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jika Itu Bantuan Sosial, Kenapa Tidak Door to Door?

20 Juli 2020   00:13 Diperbarui: 20 Juli 2020   00:07 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar dari dooroplaz.blogspot.com

Bantuan sosial diberikan kepada orang-orang yang membutuhkan, baik kekurangan dari segi ekonomi ataupun ketidak mampuan mencari pekerjaan karena faktor kesehatan atau usia senja. Bantuan diberikan dalam bentuk financial maupun sembako harian. Penyelenggara pemberi bantuan sosial ada dari pemerintah, badan usaha maupun perseorangan.

Bantuan harusnya sifatnya membantu bukan mempersulit keadaan. Contohnya yang mempersulit yaitu; seorang nenek usia 70-an tahun memperoleh bantuan dari dinas sosial dengan syarat dia harus datang sendiri ke tempat penerimaan tunjangan ataupun bisa diwakilkan dengan berbagai macam persyaratan. Dengan pertimbangan nenek tersebut masih kuat maka si nenek berangkat sendiri.

Alangkah terkejutnya si nenek setelah datang ke tempat yang ditentukan, karena antriannya sudah mengular dan penuh sesak.

Walaupun fisiknya masih kuat namun dengan mengantri berdesak-desakkan terlebih di cuaca panas, kesehatan nenek tersebut drop dan harus dilarikan ke rumah sakit. Padahal jika saja bantuan tersebut dapat diberikan secara langsung ke rumah atau bisa diwakilkan dengan persyaratan mudah, mungkin tidak akan terjadi hal yang demikian.

Seperti cerita keteladanan Khalifah Umar bin Khotab, beliau setiap malam selalu berkeliling untuk memantau keadaan para penduduknya. Apakah sejahtera atau perlu bantuan. Jika perlu bantuan, beliau akan mengambil di Baitul mal (tempat pengumpulan zakat) dan membaginya langsung ke rumah warga yang membutuhkan.

Mungkin cerita tersebut bisa menjadi contoh untuk keadaan di masa sekarang.

Jika ingin memberikan bantuan, tidak perlulah mengumpulkan satu kecamatan ataupun kelurahan di suatu tempat baru dibagi-bagi bantuan tersebut.

Apalagi dengan adanya Covid-19, warga rentan tertular virus apabila tidak menjaga jarak aman dan berkumpul dalam jumlah yang besar. Terlebih masyarakat kadang tidak menggunakan masker ataupun lupa karena terburu-buru pergi dari rumah sehingga tidak memenuhi aturan standar  kesehatan ketika era new normal berlaku. 

Dari pernyataan yang penulis dengar oleh penerima bantuan Covid-19, mereka tahu bahayanya berkumpul saat pandemi tetapi tidak bisa menghindarinya karena membutuhkan dana tunjangan. Mereka berusaha memakai alat standar kesehatan meski banyak warga yang tidak memakainya.

Terlepas dari itu, menurut pandangan penulis lebih indah apabila bantuan sosial ataupun tunjangan, langsung diberikan kepada orang yang membutuhkan dari rumah ke rumah ataupun dari RT ke RT sebagai pemerintahan yang cakupannya lebih kecil. Sehingga tidak ada kerumunan warga yang antriannya membludak dan tunjangan bisa diberikan tepat sasaran dan tidak terjadi double pemberian bantuan dari anggaran yang berbeda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun