Mohon tunggu...
Lintang Pualam
Lintang Pualam Mohon Tunggu... Guru - Puitis bukan hanya milik sang penyair

Lahir di Cilacap, kota indah dengan pantai yang membentang di sisi selatan pulau Jawa.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Misunderstanding

9 Juli 2019   18:15 Diperbarui: 9 Juli 2019   18:42 7
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku bilang iya. Kau tangkap tidak. Aku katakan jangan. Malah kau lakukan.

Kau bilang aku tak pernah mengatakannya. Sungguh, berkali-kali aku berucap. Hingga aku bosan mengatakannya.

Seperti bermain tebak kata. Ketika aku dan kau terpisah dengan kaca kedap suara. Aku berkata demikian, kau tangkap berbeda. Sungguh aku tak pandai berisyarat kata.

Kode, anak sekarang mengatakan demikian katamu. Saat isyarat, gestur tubuh, dan kiasan menjadi lambangnya. Aku tak butuh itu, katakan saja jangan membuatku bingung. 

Aku bukanlah komputer.  Yang mengerti arti dari bahasa pengkodean. Saat satu dan nol berjejer membentuk sebuah kosa kata

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun