Mohon tunggu...
Lintang Pirena
Lintang Pirena Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah

🌐

Selanjutnya

Tutup

Nature

Analisis Faktor Geologis Penyebab Terjadinya Gempa Bumi

13 Oktober 2025   21:30 Diperbarui: 13 Oktober 2025   21:34 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Analisis Faktor Geologis Penyebab Terjadinya Gempa Bumi

Pendahuluan

     Bencana merupakan peristiwa yang dapat menimbulkan kerugian besar, baik terhadap harta benda, jiwa, maupun lingkungan. Penyebab bencana beragam, meliputi faktor alam, non-alam, dan faktor yang berasal dari aktivitas manusia. Peristiwa ini bisa terjadi pada siapa saja dan kapan pun tanpa dapat diprediksi. Sering kali, bencana terjadi ketika masyarakat belum siap, sehingga dampak dan jumlah korbannya menjadi lebih besar. Letak geografis Indonesia membuat wilayahnya rentan terhadap berbagai bencana alam. Hal ini karena Indonesia berada di pertemuan tiga lempeng besar dunia, yakni Lempeng Indo-Australia, Eurasia, dan Pasifik. Keadaan tersebut menjadikan Indonesia memiliki potensi sekaligus risiko tinggi terhadap terjadinya bencana alam. Sayangnya, masih banyak masyarakat yang memahami pentingnya menyadari bahaya bencana alam, khususnya gempa bumi. Mengingat gempa bumi belum dapat diprediksi secara pasti melalui kajian ilmiah, diperlukan langkah-langkah untuk meminimalkan risiko yang mungkin terjadi. Upaya untuk mengurangi dampak dari gempa bumi disebut mitigasi bencana gempa bumi.

     Hal ini penting untuk dianalisis karena gempa bumi merupakan bencana alam yang sering terjadi dan berpotensi merusak infrastruktur, menimbulkan korban jiwa, serta mengganggu kehidupan sosial dan ekonomi. Memahami faktor geologis sebagai variabel independen memberikan wawasan ilmiah untuk mitigasi risiko dan penanggulangan bencana. Pemilihan topik ini didasarkan pada kebutuhan untuk mengurangi dampak negatif gempa bumi yang masih belum optimal penanganannya di beberapa wilayah, sehingga pembaca dapat memahami urgensi penelitian dalam konteks pengurangan risiko bencana.

Gempa Bumi

     Menurut Rahayu et al. (2024) gempa bumi merupakan getaran pada permukaan bumi yang timbul akibat pelepasan energi dari dalam bumi secara tiba-tiba, sehingga menghasilkan gelombang seismik. Indonesia merupakan negara dengan tingkat aktivitas seismik yang sangat tinggi, mencapai lebih dari sepuluh kali lipat dibandingkan Amerika Serikat. Pertemuan tiga lempeng besar dunia membuat Indonesia terletak di jalur cincin api atau Ring of Fire, yang menyebabkan sering terjadinya berbagai bencana alam di wilayah ini, salah satunya adalah gempa bumi. Menurut Badan Geologi (2022) pergerakan antar lempeng tersebut menciptakan zona subduksi dan patahan aktif yang menjadi penyebab utama terjadinya gempa tektonik di Indonesia. 

     Di sisi lain, menurut Maulana (2024) Jepang berada pada pertemuan beberapa lempeng besar seperti Lempeng Pasifik, Filipina, Eurasia, dan Amerika Utara, yang membuat wilayah tersebut sangat rentan terhadap gempa bumi hingga dapat menimbulkan guncangan besar yang disertai dengan tsunami, yang disebut juga sebagai gempa megathrust. Secara geofisika, gempa di kedua negara memiliki mekanisme yang sama, yaitu pelepasan energi akibat pergeseran atau retakan pada lempeng tektonik yang menghasilkan gelombang seismik. Namun, perbedaan kondisi geologis di tiap wilayah menyebabkan variasi dalam kekuatan serta dampak gempanya, sehingga dibutuhkan upaya mitigasi yang disesuaikan dengan karakteristik lokal.

Dampak dan Risiko Gempa Bumi

     Menurut Fadillah et al. (2022) gempa bumi berdampak dan berisiko bagi masyarakat. Gempa bumi dapat menimbulkan kerusakan serius pada berbagai infrastruktur, seperti tempat ibadah, fasilitas kesehatan, jalan, jembatan, hotel, serta jaringan listrik dan komunikasi. Selain menelan korban jiwa, gempa juga berdampak pada kondisi psikologis, pendidikan, ekonomi, dan sosial masyarakat. Oleh sebab itu, peningkatan pemahaman melalui pelatihan dan sosialisasi kesiapsiagaan bencana sangat diperlukan, terutama di daerah rawan gempa. Program kesiapsiagaan dan rencana tanggap darurat membantu masyarakat untuk lebih siap dan mampu melindungi diri saat bencana terjadi.

Mitos dan Kepercayaan Tradisional Terkait Gempa Bumi serta Pengaruhnya terhadap Kesiapsiagaan Masyarakat

     Di Indonesia, pandangan masyarakat mengenai gempa bumi banyak dipengaruhi oleh kepercayaan dan budaya setempat. Salah satu mitos yang dikenal adalah tentang naga besar bernama Antaboga dari Pulau Jawa dan Bali, yang dipercaya mengguncang bumi saat sedang marah. Untuk menenangkan amarahnya, masyarakat tradisional melakukan ritual seperti membunyikan kentongan sambil mengucapkan mantra. Tradisi ini tidak hanya memiliki makna spiritual, tetapi juga menjadi sarana mempererat solidaritas dan meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat terhadap bencana (Muliadi, 2018).

     Sedangkan di Jepang, mitos gempa bumi berkaitan dengan legenda ikan lele raksasa bernama Namazu yang diyakini hidup di bawah tanah. Berdasarkan kepercayaan kuno, dewa Kashima menahan Namazu menggunakan batu suci agar bumi tidak bergetar. Namun, jika batu tersebut bergeser atau tidak mampu menahannya, gempa pun terjadi (Ashkenazi, 2023). Mitos ini tidak hanya berfungsi sebagai penjelasan tradisional terhadap fenomena alam, tetapi juga membentuk nilai-nilai budaya, simbol, dan kebiasaan masyarakat Jepang dalam menjaga keseimbangan alam serta kesiapan menghadapi bencana.

     Menurut Sari dan Gunawan (2022) mitos berperan penting dalam membentuk kesadaran dan perilaku masyarakat terhadap bencana. Namun, apabila terlalu bergantung pada mitos, hal ini dapat menghambat pemahaman ilmiah dan pelaksanaan mitigasi yang efektif. 

     Oleh karena itu, dibutuhkan pendidikan modern dan pendekatan berbasis ilmu pengetahuan untuk melengkapi serta meluruskan kepercayaan tradisional tanpa meniadakan nilai budaya yang ada. Menggabungkan ilmu pengetahuan dengan kearifan lokal dapat meningkatkan kesiapsiagaan dan kemampuan masyarakat dalam merespons bencana secara lebih komprehensif.

Cara Menangani Gempa Bumi Sesuai dengan Mitos dan Kepercayaan Tradisional Masyarakat di Wilayah Tertentu

     Penelitian dari Universitas Negeri Ambon (2022) menunjukkan bahwa penerapan kearifan lokal dalam mitigasi gempa di sejumlah komunitas terbukti efektif. Hal ini terlihat dari penggunaan material bangunan tradisional seperti kayu dan bambu yang lebih lentur terhadap guncangan, serta adanya tradisi peringatan dini dengan sebuah seruan sebagai bentuk kesiapsiagaan warga saat terjadi gempa. Tradisi tersebut berfungsi sebagai modal sosial yang berharga dalam memperkuat upaya mitigasi secara berkelanjutan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun