Di balik sebotol kombucha yang menyegarkan, ada cerita tentang pengalaman pribadi, semangat berbagi, dan keberanian untuk mencoba. Usaha Sokondalem Kombucha bukan sekadar menjual minuman fermentasi. Ia lahir dari pengalaman, tumbuh karena ketekunan, dan berkembang dengan filosofi bahwa setiap orang bisa menjadi peracik kombucha mereka sendiri.
Berawal dari Sakit Maag, Berujung Jadi Usaha
Mas Dityo, sosok di balik Sokondalem Kombucha, memulai semuanya dari masalah kesehatan yang akrab bagi banyak orang maag. Rasa tidak nyaman itu membawanya pada sebuah rekomendasi dari teman mencoba minuman kombucha. Siapa sangka, setelah rutin mengonsumsinya, ia merasakan manfaat yang nyata.
Dari sanalah ketertarikan itu tumbuh. Ia mulai mencoba membuat sendiri, bereksperimen dari dapur kecilnya, hingga akhirnya kegiatan itu berkembang jadi sebuah hobi. Dan seperti banyak kisah usaha rumahan yang sukses, hobi itu pun perlahan berubah menjadi usaha.
Dari Warung Kopi ke Botol Kombucha
Sokondalem Kombucha resmi berdiri pada tahun 2018. Awalnya, usaha ini bergerak di bidang warung kopi dan teh. Namun karena permintaan terhadap kombucha semakin tinggi, fokus usaha dialihkan sepenuhnya ke produksi minuman fermentasi ini.
Pilihan untuk fokus pada kombucha juga didasari oleh alasan yang praktis kombucha lebih mudah dibuat, rasa bisa dikreasikan, dan kandungan alkoholnya cenderung rendah dibandingkan produk fermentasi lain seperti tape. Kombucha menjadi opsi sehat yang tidak hanya enak, tapi juga fleksibel untuk dikembangkan.
Belajar Otodidak, Berani Berinovasi
Proses belajar Mas Dityo dimulai sejak 2015, jauh sebelum usahanya resmi berjalan. Ia mempelajari semuanya secara otodidak mulai dari bahan, takaran, hingga waktu fermentasi. Kombucha pertamanya adalah hasil eksperimen, bukan dari resep pasti.