Pemikiran Pendidikan Islam Al-Zarnuji, yang termuat dalam karyanya yang monumental, Kitab Ta'lim al-Muta'allim Tariq al-Ta'allum (Instruksi bagi Pelajar: Jalan Pembelajaran), merupakan warisan intelektual yang tak ternilai dan sangat relevan, terutama dalam konteks pendidikan Islam kontemporer. Inti dari pandangan Al-Zarnuji terletak pada penekanan aspek etika dan spiritualitas (adab) sebagai fondasi utama sebelum transfer ilmu pengetahuan itu sendiri. Bagi saya, fokus ini adalah sebuah koreksi fundamental yang sangat dibutuhkan oleh sistem pendidikan modern yang sering kali terperangkap dalam orientasi kognitif semata.
Orientasi Akhirat: Tujuan Utama Pendidikan
Salah satu aspek sentral yang paling kuat dari pemikiran Al-Zarnuji adalah penentuan tujuan pendidikan yang berorientasi pada kehidupan akhirat (li wajhillah) dan mencari keridaan Allah. Tujuan duniawi, seperti mencari kedudukan, harta, atau popularitas, ditempatkan pada posisi sekunder. Orientasi ini bukan berarti menolak kemajuan duniawi, melainkan memastikan bahwa segala upaya intelektual dan profesional didasarkan pada landasan moral dan agama yang kuat.
Di era modern, di mana pendidikan sering didorong oleh tuntutan pasar dan pragmatisme karier, penekanan Al-Zarnuji berfungsi sebagai jangkar moral. Banyak lulusan berilmu tinggi namun mengalami krisis moral dan etika, menunjukkan bahwa kecerdasan kognitif tanpa integritas spiritual-etik dapat menjadi bumerang. Konsep Al-Zarnuji memastikan bahwa ilmu yang dicari akan melahirkan tanggung jawab moral (moral accountability) yang kuat, di mana ilmu diamalkan dan disebarkan untuk kebaikan agama dan masyarakat, bukan sekadar kepentingan pribadi.
Sentralitas Adab dan Etika
Pembeda utama pemikiran Al-Zarnuji dari teori-teori pendidikan lainnya adalah penekanan luar biasa pada adab (etika dan tata krama), yang ia tegaskan merupakan syarat mutlak bagi tercapainya ilmu yang bermanfaat. Dalam pandangannya, banyak penuntut ilmu yang telah bersungguh-sungguh belajar tetapi tidak memperoleh manfaat atau keberkahan, karena mengabaikan atau kurang memperhatikan etika dalam menuntut ilmu.
Adab ini mencakup beberapa dimensi penting:
Adab terhadap Ilmu: Ilmu harus diagungkan dan dimuliakan. Ini berarti kesungguhan (jid), ketekunan (istiqamah), dan cita-cita yang luhur.
Adab terhadap Guru: Ini adalah poin paling krusial. Al-Zarnuji menekankan bahwa seorang murid tidak akan memperoleh ilmu yang bermanfaat tanpa pengagungan dan pemuliaan terhadap guru, bahkan jika guru itu hanya mengajarkan satu huruf saja. Penghormatan ini meluas hingga pada keluarga dan kerabat guru, serta menjaga diri dari hal-hal yang dapat menimbulkan kemarahan guru.
Adab dalam Interaksi Sosial: Ia menyarankan pemilihan teman yang berakhlak baik dan menjauhi teman yang malas, banyak bicara, atau perusak, karena lingkungan sangat memengaruhi proses belajar.
Bagi saya, aspek penghormatan terhadap guru adalah kunci yang sangat relevan. Dalam lingkungan pendidikan modern, sering terjadi erosi otoritas dan hilangnya rasa hormat murid terhadap guru, yang mengakibatkan berkurangnya wibawa pengajaran dan kedalaman ilmu yang diserap. Filosofi Al-Zarnuji mengingatkan bahwa guru bukan sekadar "fasilitator" atau "pemberi informasi," tetapi pewaris ilmu yang transfer ilmunya melibatkan dimensi spiritual dan keberkahan (barakah).