Maskulinitas beracun muncul dari konstruksi sosial masyarakat patriarki yang mengacu pada perilaku dan sikap kasar yang diasosiasikan dengan laki-laki. Maskulinitas beracun merupakan penjelasan "sempit" dari maskulinitas itu sendiri. Maskulinitas sendiri diartikan sebagai kekerasan, sex, dan agresi. Menurut peneliti, maskulinitas beracun, yaitu deskripsi sempit terhadap perilaku dan sikap laki-laki yang harus bisa bersikap dominan, mengendalikan emosinya di bawah tekanan, berpenampilan manly, memiliki jiwa kepemimpinan, tidak memperlihatkan kesedihan, serta tegas dan berani.
Perwujudan dari maskulinitas beracun yang disematkan pada laki-laki, diantaranya tidak menangis dan mengeluh, menyebarkan dominasi dan kekuasaan kepada orang lain, dan melakukan kekerasan kepada orang lain. Mayoritas masyarakat memiliki kecenderungan untuk melebih-lebihkan standar maskulin pada laki-laki. Hal ini kerap membuat laki-laki tidak memiliki wadah untuk menyalurkan emosinya. Ketidakmampuan untuk mengelola emosi dengan benar baik disadari atau tidak, dapat menjebak mereka dalam gagasan maskulinitas beracun.
Maskulinitas beracun bisa berbahaya sebab membatasi definisi kepribadian laki-laki dan menghambat pertumbuhannya di lingkungan masyarakat. Pembatasan definisi ini bisa menyebabkan konflik dalam dirinya dan lingkungannya. Bagi mereka yang dibesarkan dengan tidak berpandangan sempit maskulinitas beracun, ketika mereka mulai beranjak dewasa dengan lingkungan baru yang mayoritasnya berpandangan sempit maskulinitas beracun, hal ini akan berdampak buruk bagi mereka, sebab mereka merasa bahwa eksistensinya tidak diterima sesuai standar maskulinitas beracun itu. Mereka akan merasa sangat terbebani. Akibatnya dapat menimbulkan gangguan mental bagi mereka.
Ajaran ini tentu saja sangat merugikan kesehatan mental juga fisik laki-laki. Kecenderungannya, para korban maskulinitas beracun akan rentan mengalami depresi sebab tertekannya emosi mereka. Hal ini akan lebih buruk lagi jika mereka mencari bantuan dari psikiater yang dianggap sebagai karakteristik wanita. Oleh sebab itu, kemungkinan para korban mencari bantuan ke psikiater atau psikolog sangat kecil.
Untuk mencegah terjadinya maskulinitas beracun pada anak-anak, terdapat beberapa tips yang dapat dilakukan. Hindari kata-kata yang menghina wanita seperti “jangan berjalan seperti wanita”. Sejak usia dini, mereka harus diajari konsep berbasis konsensus yang sesuai untuk usia muda. Misalnya, memberitahu bahwa setiap orang memiliki batasan yang tidak dapat dilintasi. Ajari juga bahwa tubuh setiap orang adalah hak milik mereka dan kita tidak berhak untuk bertindak sembarangan kepada orang lain. Yang terpenting adalah pengawasan dalam memberikan media hiburan bagi anak-anak.