Hijrah yang sehat sangat dipengaruhi oleh lingkungan yang baik. Dukungan dari teman, keluarga, komunitas pengajian, atau guru spiritual sangat berperan dalam menjaga semangat dan kestabilan batin. Jika seseorang berada di tengah lingkungan yang menerima dan tidak menghakimi, proses hijrahnya akan lebih tenang dan menyenangkan.
Tak jarang, konseling ke psikolog atau pendamping spiritual juga dibutuhkan. Kadang masalah kejiwaan tidak cukup diselesaikan hanya dengan ibadah, tapi juga butuh pendekatan ilmiah dari dunia psikologi.
Hijrah dan kesehatan mental sebenarnya saling berkaitan. Saat seseorang memperdalam hubungan dengan Tuhannya, ia juga sedang belajar memahami dirinya sendiri. Ia mulai bisa menerima kegagalan, berdamai dengan trauma, dan menemukan kembali harapan yang sempat hilang.
Hijrah bukan soal perubahan penampilan semata, tapi tentang transformasi batin. Jika hijrah dilakukan dengan kesadaran dan kejujuran, maka ia akan menjadi jalan penyembuhan yang membawa kedamaian.
Hijrah sering kali dimulai dari luka, baik luka batin, tekanan hidup, maupun kegagalan yang menyakitkan. Namun siapa pun yang memilih bangkit, meninggalkan gelisah dan berjuang memperbaiki diri, akan selalu mendapat tempat di sisi Tuhan. Dalam Al-Qur’an surat An-Nahl ayat 110, Allah menyampaikan bahwa orang-orang yang sempat terguncang imannya, lalu berhijrah, bersabar, dan terus berusaha di jalan-Nya, akan mendapatkan ampunan dan kasih sayang dari-Nya.
Pesan ini sangat menenangkan:Â bahwa perjalanan hijrah, meski tidak sempurna dan penuh tantangan, tetap bernilai mulia di mata Allah. Yang terpenting bukan masa lalu yang kita tinggalkan, tapi ketulusan dalam memperbaiki diri. Di situlah hijrah menjadi jalan pemulihan, bukan sekadar perubahan, melainkan bentuk cinta Tuhan kepada hamba yang ingin kembali pulih dan dekat pada-Nya.
Bagi siapa pun yang sedang berjuang memperbaiki diri karena luka di masa lalu, percayalah, hijrah bisa menjadi bentuk penyembuhan terbaik, asalkan dijalani dengan niat tulus dan langkah yang bijak. Semoga kita semua istiqomah dalam perjalanan ini.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI