Mohon tunggu...
Lince Novertina Bawamenewi
Lince Novertina Bawamenewi Mohon Tunggu... Mahasiswa

Jadilah pribadi menurut versimu sendiri 👁☑️

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Kenapa Menjadi Diri Sendiri Itu Tidak Mudah?

10 Juli 2025   13:47 Diperbarui: 10 Juli 2025   13:47 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Gambar Sedang Melihat Sesuatu (Sumber: Dokrip/Lince Bawamenewi)

 

Dalam berbagai seminar motivasi, buku pengembangan diri, maupun nasihat para ahli, kita sering mendengar ungkapan "jadilah diri sendiri." Frasa ini terdengar sederhana, bahkan membebaskan. Namun, dalam praktiknya, menjadi diri sendiri bukanlah perkara mudah. Bahkan, bagi sebagian orang, menjadi diri sendiri bisa menjadi perjuangan seumur hidup. Lantas, apa yang membuat menjadi diri sendiri terasa begitu sulit? Berikut beberapa alasan mendasar yang menjelaskan kompleksitas dari proses ini. 

Tekanan Sosial dan Budaya 

Kita hidup dalam masyarakat yang dipenuhi ekspektasi. Sejak kecil, kita diajarkan bagaimana bersikap, berpakaian, berbicara, bahkan memilih jalur hidup tertentu semua demi memenuhi standar yang ditetapkan lingkungan sekitar. 

Dalam konteks budaya tertentu, seperti di Indonesia yang sangat menjunjung tinggi nilai kolektivitas, seseorang sering kali dituntut untuk menyesuaikan diri demi harmoni kelompok. Akibatnya, keaslian pribadi bisa teredam demi "keterterimaan sosial." 

Tekanan sosial ini tak hanya datang dari luar, tapi juga menginternalisasi dalam diri. Kita mulai meragukan jati diri sendiri dan bertanya, "Apakah aku cukup baik?" atau "Apakah aku akan diterima jika menunjukkan siapa diriku sebenarnya?" 

Takut Akan Penolakan 

Salah satu hambatan terbesar dalam mengejar menjadi diri sendiri adalah rasa takut akan ditolak. Banyak orang menutupi siapa mereka sebenarnya karena takut tidak diterima oleh keluarga, teman, atau lingkungan kerja.

 Ketika seseorang berani menunjukkan sisi aslinya baik itu pendapat, keyakinan, atau cara berekspresi. maka risikonya adalah diasingkan atau dikritik. Rasa takut ini sangat wajar. Sebagai makhluk sosial, kita memang merasa ingin diterima. Tapi ironisnya, jika terus-menerus menyembunyikan jati diri, kita justru bisa kehilangan rasa hormat terhadap diri sendiri.

Krisis Identitas dan Ketidaktahuan Akan Diri Sendiri 

Menjadi diri sendiri mensyaratkan satu hal penting: mengenal diri sendiri. Namun, banyak orang tidak benar-benar tahu siapa mereka. Pertanyaan seperti "Apa sebenarnya yang aku inginkan?" atau "Apa yang membuatku bahagia?" kerap sulit dijawab. 

Hal ini dapat disebabkan oleh pengalaman hidup yang belum selesai, luka batin masa lalu, atau terlalu lama hidup dalam "topeng" yang kita ciptakan.

Mengenali diri sendiri memerlukan keberanian untuk menggali ke dalam, menghadapi sisi-sisi yang mungkin tidak nyaman, dan berdamai dengan masa lalu. Proses ini tentu tidak instan, dan memerlukan ketekunan.

Pengaruh Media Sosial

Di era digital, media sosial memberikan panggung bagi semua orang untuk menampilkan "versi terbaik" dari diri mereka. Sayangnya, ini sering kali menciptakan standar palsu dan tekanan untuk tampil sempurna. Banyak individu merasa perlu untuk menyesuaikan diri agar sesuai dengan tren atau citra populer, meskipun itu bertentangan dengan kepribadian aslinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun