Mohon tunggu...
Lina WH
Lina WH Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

• Ibu dari seorang anak laki-laki, Mifzal Alvarez.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Perjalanan

3 Juni 2019   09:00 Diperbarui: 3 Juni 2019   09:16 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Bagai awan hitam, tak berarak di atas sana
Mengusung beribu luka yang tiada kira
Namun, gairah tiada pupus demi imbangnya cita
Yang tak tahu kapan akan kena di genggaman

Tiada angin tertiup yang berlalu
Tiada penyejuk hati yang sedikit menutupi luka kalbu
Ah, biarlah semua tampak beku
Hingga mengeja setiap huruf pun tak mampu

Wahai sang pembuat luka
Tetaplah kamu berkuasa atas tahta
Meski aku merintih dengan tiada kira
Ah, aku yakin tahtamu hanya sementara

Karena sambil renung hati kan bicara
Dalam indahnya dzikir untaian doa
Yang terdengar merdu saat malam menjelma
Dan di-aamiin-kan oleh semesta

***

Aku hanya bisa pasrah saat itu. Karena, di mana lagi ada jalan untukku selain jalan itu? Ikhlas menjalani semua perintah. Ikhlas menjalani setiap hari.

Ya, aku tidak bisa menikmati masa remajaku seperti yang lainnya. Karena aku tidak seperti mereka, yang selalu ada apapun yang diminta.

Aku tahu, jalan itu tidaklah sama. Aku tahu, jalan hidupku sedikit terjal dan berliku. Hanya, kadang aku merasa berat menjalani. Rapuh, hingga aku lemah di satu sisi.

Namun, perjalan panjang kini telah lurus dengan diterangi cahaya. Hingga awan hitamku berangsur terarak angin, kemudian melepaskan molekulnya menjadi air.

Senyum, bahagia yang tiada kira. Membuatku lupa bersyukur kala itu. Nyaris congkak berkuasa atas segala rasa. Ah, tanpa sadar aku membuat satu luka lagi untukku sendiri.

Kawan yang mengelilingi tiada lawan. Kadang membuatku khilaf dan kadang pula membuatku syukur. Namun, jalan yang bercabang itu membuatku bingung. Hingga yang aku pilih tiada pertimbangan dalam pikir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun