Mohon tunggu...
Herlina Butar
Herlina Butar Mohon Tunggu... Administrasi - LKPPI Lintas Kajian Pemerhati Pembangunan Indonesia

Cuma orang yang suka menulis saja. Mau bagus kek, jelek kek tulisannya. Yang penting menulis. Di kritik juga boleh kok. Biar tahu kekurangan....

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Praper Gugur, KPK Menang, Tukang Bakso Bersorak Girang

14 Desember 2017   17:22 Diperbarui: 14 Desember 2017   22:26 5558
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari ini, Kamis 14 Desember 2017 saya patut mencatat sebagai bagian indah perjalanan KPK, yang perjuangannya memang didukung oleh banyak rakyat Indonesia. 

Perjalanan perjuangan sebuah lembaga adhoc yang harus berbenturan dengan sebuah tembok kokoh maha kuat yang bernama korupsi.

Setelah lelah tawa kita melihat sinetron episode "praperadilan 1", bersambung dengan episode "sakit", bersambung lagi dengan episode "menang praper, sembuh",  bersambung lagi dengan episode "pemanggilan paksa, menghilang", bersambung lagi dengan episode "tiang listrik", bersambung lagi dengan episode "bakpao", rakyat Indonesia seperti disuguhi tontonan keropeng busuk wajah anggota lembaga terhormat di negara tercinta. Tontonan yang sembari memperlihatkan keuangan yang maha kuasa telah melecehkan makna "kebenaran" dalam dunia hukum di negeri yang telah merdeka selama 72 tahun.

Saat menonton ILC yang bertajuk "KPK vs Novanto: Berpacu Dengan Waktu", mungkin masyarakat dipusingkan oleh pernyataan pengacara Novanto dan KPK yang saling silang pendapat. 

Mungkin kita juga dibingungkan lagi oleh penjelasan profesor-profesor yang kadang saling berseberangan dalam pengetahuan. 

Acara ini jelas-jelas membuka wajah  para profesor yang sebenarnya. Wajah  para profesor yang pro KPK dan pro Novanto, atau wajah  para profesor yang yang kontra KPK dan kontra Novanto. 

Tak disangsikan lagi, nama-nama mereka sudah terlabel karena pendapat-pendapat mereka yang kelihatan berpihak. 

Wong orang yang ada di kubu KPK, itu-itu saja, yang di kubu lawan KPK juga orangnya itu-itu saja.

Yang patut digaris-bawahi adalah pendapat dari Saor Siagian, SH, MH. 

Pada acara itu, advokat ini cenderung memberikan pendapat yang sederhana. Tanpa bertele-tele Saor Siagian mencoba mengajak para advokat untuk berani melakukan pekerjaan profesional secara "holistik".

Barangkali, yang dimaksud olehnya adalah mengajak para advokat bekerja secara profesional dengan mengedepankan hati, dan bukan demi uang semata.

detik.com
detik.com
Selain itu, Profesor Gayus Lumbuun yang berusaha memberikan pendapat-pendapat netral tanpa harus berdiri di salah satu angle yang berat sebelah.

Saat kemarin Rabu, 13 Desember 2017, mungkin Setya Novanto dan tim pengacaranya berusaha meyakinkan majelis hakim bahwa dirinya sakit. Dengan penampakan yang selalu menunduk selama masa persidangan, mengaku diare buang air hingga 20 kali, berusaha menampilkan kesan tidak mendengar pertanyaan hakim, hingga memasang wajah kusut masai agar kesan sakit tercapai.

Mungkin, Setya Novanto dan tim pengacaranya berharap bahwa dengan strategi "kusut masai" nya, mereka dapat meyakinkan majelis hakim untuk menunda persidangan yang menyangkut pokok perkara. 

Mungkin,  Setya Novanto dan tim pengacaranya berharap dengan penundaan pokok perkara tersebut, maka sidang pra peradilan tetap dapat berjalan dan Setya Novanto memperoleh kemenangan.

Hingga pagi tadi, saat saya kumpul bersama teman-teman, ada salah seorang yang memang berprofesi sebagai advokat memberikan komentar skeptis. Mas Hen berpendapat, apa saja bisa terjadi di belakang mimbar. Mas Hen tidak yakin bahwa KPK akan mampu menggugurkan permohonan pra-peradilan Setya Novanto. Saya berpendapat sebaliknya. Saya hanya berfikir, negara ini harus berani memulai sesuatu dengan tindakan hukum yang "etis". Negara harus mampu memberikan jaminan keadilan yang "elok" etis berdasarkan kebenaran dan bukan pembenaran atas nama hukum.

Siang hari, saya menyempatkan diri mampir ke belakang Pasar Sunan Giri, Rawamangun untuk menikmati bakso dan es teler kegemaran saya saat masa SMP dulu. Begitu saya duduk untuk memesan bakso, para pelayan di kios kecil itu sedang ramai membicarakan Novanto.

koleksi pribadi
koleksi pribadi
Mereka bersorak atas gugurnya permohonan pra-peradilan Setya Novanto. Mereka lelah, merasa jengah, malu, kesal dan muak atas tontonan sinetron panjang yang disuguhkan oleh Setya Novanto dan pengacaranya di atas panggung hukum. 

koleksi pribadi
koleksi pribadi
Rakyat Indonesia bukanlah tolol-tolol semua. 

Mereka nyinyir, mereka memperhatikan dan mereka perduli. Tetapi, rentetan kebohongan yang selalu menang seakan selalu melecehkan "etis" kebenaran atas nama hukum. Semua ini membuat mereka mual.

Siang ini, bahkan tukang baksopun bersorak girang. Mereka membeli koran, mereka serius membaca kemenangan KPK pada pra-peradilan. Bagi orang-orang sederhana ini, kemenangan KPK adalah kemenangan mereka. Kemenangan rakyat kecil terhadap liukan dahsyatnya permainan koruptor.

Selamat buat KPK...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun