Tiga Pilar IT Governance untuk Kampus yang Siap Masa Depan
Di era digital yang melesat cepat, institusi pendidikan tinggi tidak bisa lagi sekadar bertahan dengan sistem teknologi informasi (TI) yang bersifat reaktif dan terfragmentasi. Dunia akademik kini dituntut memiliki sistem pengelolaan TI yang tidak hanya andal, tetapi juga strategis dan visioner. Namun, benarkah universitas telah siap untuk itu? Artikel ilmiah karya Scalabrin Bianchi, Dinis Sousa, dan Pereira (2021) memberi jawaban yang tajam dan menyeluruh: sebagian besar universitas masih jauh dari kata siap.
Artikel berjudul "Information Technology Governance for Higher Education Institutions: A Multi-Country Study" yang terbit di jurnal Informatics, bukan hanya sebuah kajian akademik; ia adalah panggilan untuk transformasi struktural dan kultural dalam mengelola TI di lingkungan universitas. Melalui pendekatan Design Science Research (DSR) dan studi kasus pada sepuluh universitas di lima negara, penulis membangun sebuah model baseline tata kelola TI yang kontekstual, praktis, dan relevan bagi perguruan tinggi.
Tata Kelola TI: Bukan Sekadar Infrastruktur, Tapi Soal Strategi
Tata kelola TI (IT Governance atau ITG) adalah kerangka kerja yang menjamin bahwa investasi dan penggunaan TI sejalan dengan strategi organisasi. Dalam konteks universitas, hal ini mencakup bukan hanya layanan administrasi atau jaringan kampus, tapi juga bagaimana TI menopang pembelajaran, penelitian, dan pengabdian masyarakat.
Sayangnya, banyak universitas masih memperlakukan TI sebagai unit teknis---sekadar pelaksana, bukan mitra strategis. Struktur desentralisasi yang lemah koordinasi, minimnya integrasi antara fakultas dan unit TI, hingga kurangnya keterlibatan pemimpin puncak (rektor, dekan, kepala biro) dalam perencanaan TI adalah gejala umum yang diungkap dalam studi ini.
Artikel ini dengan jelas menyatakan: tidak ada satu model ITG yang cocok untuk semua. Setiap universitas memiliki karakteristik unik baik dalam ukuran, budaya, maupun struktur organisasi. Namun, hal ini bukan alasan untuk tidak memiliki pedoman minimum. Di sinilah pentingnya baseline ITG: sebagai titik tolak penataan ulang.
Tiga Pilar ITG di Universitas: Struktur, Proses, Relasi
Penulis mengkategorikan praktik ITG ke dalam tiga mekanisme utama: struktur, proses, dan hubungan (relational mechanisms).
Struktur meliputi pembentukan komite strategi TI, peran CIO yang terlibat di level eksekutif, serta organisasi TI yang lebih terpusat. Temuan menarik adalah bahwa struktur TI yang terpusat (centralized/federal) cenderung lebih efektif dalam mendukung keputusan strategis dan menghindari duplikasi sumber daya.
Proses mencakup perencanaan strategis TI, penganggaran TI, pengukuran kinerja, hingga penerapan kerangka kerja seperti ITIL dan COBIT. Penulis menekankan pentingnya membuat IT Strategic Plan yang sinkron dengan misi akademik universitas. Hal ini penting agar investasi teknologi tidak terjebak pada pembelian perangkat keras atau aplikasi semata, tetapi menyentuh aspek transformasional.
-
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!