Setiap pagi dan sore cericit suara burung kutilang meramaikan halaman rumahku. Burung liar ini sangat menyukai buah ini karena rasanya yang manis.Â
Mereka mencari makan dengan cara mamatuk buah tin sebagai sarapan pagi sambil ramai  berceloteh bersama kawanannya. Setelah kenyang mereka terbang entah kemana dan sore harinya mereka kembali untuk menikmati buah tin yang telah matang. Â
Aku suka memandangi burung-burung yang lincah berlompatan kian kemari sambil mematuk buah tin yang manis. Â Walaupun aku tidak memelihara burung namun setiap pagi dan sore aku bisa menikmati suara cericit burung kutilang yang nyaring dan merdu terdengar di telingaku.
Pohon tin ini  ditanam oleh suamiku sekitar tahun 2005 dengan cara menanam dari hasil cangkok, dengan tinggi sekitar setengah meter. Kini pohon tinku sudah menjulang tinggi dan menghasilkan buah yang lebat. Â
Buah ini tak kenal musim dan hampir setiap hari ada saja buah yang matang.  Ketika buah mulai matang warna kulitnya kekuningan dengan daging buah berwnama  merah muda dengan ratusan biji yang bertekstur renyah.Â
Buah ini bisa dinikmati secara langsung namun ada juga dibuat manisan atau dikeringkan seperti yang biasa di jual di pasar tanah abang atau oleh -- oleh dari Mekah.
Buah tin ini disebut juga buah ara,  nama latinnya Ficus Carica, biasanya tumbuh di wilayah Tropis terutama di negara Timur Tengah  dan Mediterania.Â
Buah ini mempunyai jenis dan warna yang berbeda-beda, ada buah tin yang berwarna ungu kehitaman, warna kuning kehijauan, hijau muda, merah muda, dan warna coklat keemasan.
Banyak orang yang lewat di depan rumahku akan menoleh kearah pohon tin ini, karena jarang orang yang menanamnya.Â
Selain itu jarang pula orang yang mengenal buah ini, namun ada beberapa orang yang datang ke rumah untuk meminta buah ini yang katanya kaya akan manfaat, antara lain: menjaga kesehatan saluran pencernaan seperti sembelit, menjaga kesehatan kulit, Â mencegah perkembangan sel kanker, dan dapat mengatasi gejala anemia seperti pusing dan lelah.
