Dalam situasi di mana bantuan internasional mengalami pemotongan dana, seperti yang dialami oleh World Food Programme (WFP) yang terpaksa mengurangi bantuan pangan di Myanmar, inisiatif Indonesia ini menjadi sangat penting. Dengan menyediakan makanan siap saji dan dukungan logistik lainnya, Indonesia membantu mengisi kekosongan bantuan dan menunjukkan peranannya dalam diplomasi pangan di kawasan.
Selain itu, hal ini juga menunjukkan bahwa dengan memberikan bantuan pangan kepada negara yang sedang dilanda krisis merupakan cara konkret untuk menunjukkan empati, memperkuat hubungan regional, dan meminimalisir potensi ketegangan akibat ketimpangan bantuan atau penanganan krisis yang lambat. Pangan sebagai kebutuhan dasar manusia telah menjadi simbol universal yang sangat kuat untuk membangun koneksi emosional dan moral antara pemberi dan penerima bantuan.
Melalui pemberian bantuan pangan, sebuah negara dapat menunjukkan nilai-nilai seperti solidaritas, gotong royong, dan kepedulian yang merupakan bagian dari identitas nasionalnya, sehingga dapat membentuk citra positif di mata internasional.
Selain itu, food diplomacy memungkinkan terbentuknya diplomasi multilateral dalam bentuk kerja sama antara negara pemberi bantuan dengan organisasi regional dan internasional, seperti ASEAN Coordinating Centre for Humanitarian Assistance (AHA Centre), World Food Programme (WFP), maupun Palang Merah Internasional. Dalam proses ini, food diplomacy membuka ruang kolaborasi lintas aktor, baik pemerintah, organisasi internasional, LSM, dan sektor swasta, sehingga memperkuat efektivitas dan legitimasi bantuan yang disalurkan.
Pemberian bantuan pangan ke Myanmar dapat juga menjembatani atau membuka peluang kerja sama pertanian, ketahanan pangan, dan teknologi pangan di masa depan. Misalnya, setelah menerima bantuan pangan dan melihat efektivitas sistem logistik Indonesia, Myanmar atau negara lain yang pernah menjadi penerima bantuan dapat tertarik untuk menjalin kerja sama bilateral di bidang teknologi pertanian, perdagangan produk pangan, atau sistem ketahanan pangan.
Bantuan pangan yang dikirimkan Indonesia ke Myanmar ini merupakan wujud nyata dari strategi food diplomacy yang mengedepankan solidaritas, kemanusiaan, dan kerja sama regional. Langkah ini tidak hanya membantu masyarakat Myanmar yang terdampak, tetapi juga memperkuat posisi Indonesia sebagai aktor penting dalam penanganan bencana dan krisis kemanusiaan di kawasan ASEAN.
Dengan demikian, food diplomacy tidak hanya dalam bentuk bantuan kemanusiaan saja, tetapi juga sebagai instrumen multidimensi yang mencakup aspek politik luar negeri, stabilitas kawasan, promosi nilai dan citra negara, serta penguatan kerja sama jangka panjang.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI