Mohon tunggu...
Yulita W Wahyu
Yulita W Wahyu Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

jodoh itu disiplin,\r\ndia tidak akan terlambat\r\nataupun salah alamat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Catatan Lama tentang Bumi yang Bergoyang

20 Maret 2012   12:13 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:42 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

21-DESEMBER-2010

10:59:36 WIB

LOKASI : 9.08 LS – 111.19 BT (140 KM Tenggara Wonosari-DIY)

Kedalaman : 16 KM

Suasana perkuliahan Anatomy yang ruar biasa membuat ngantuk, bersama rekan sebangku @Sapitri Sapitrong  mengangguk-angguk kaya burung hantu kesiangan.  Kemudian saya  teringat satu jurus andalan untuk menghapus kantuk dari mata,  mau tau jurus apaan itu?

Mari simak beberapa langkah berikut:


1.     Bangunkan teman disebelah anda yang pastinya juga mengangguk-angguk (teklak-tekluk, bhs.jawa) ala burung hantu itu.

2.     Tulis daftar teman anda yang paling sering tertidur di kelas.

3.     Mulai lah menoleh satu persatu pada teman-teman yang ada didaftar anda.

4.     Dan lihatlah betapa jujur wajah-wajah mereka. Tanpa basa-basi ada yang diam lelap tertidur, ada yang mencoba bersusah payah tetap membuka mata dengan sekuat tenaga (padahal dalam keadaan biasa itu adalah hal termudah yang biasa dilsayakan manusia), bahkan ada pula yang dengan PD-nya berpangku tangan dengan mulut terbuka and tetap terangguk-angguk tanpa sadar.

5.     Beri tahu teman yang ada disebelah anda dan silahkan tertawa sepuasnya melihat expresi lucu dari kawan seperjuangan anda yang tengah menghalau kantuk yang ruar biasa berkat dosen anda yang terlalu pandai dan sukses menyulap ruang kelas menjadi tempat tidur paling berkesan dalam hidup anda.

Dalam keadaan yang sedemikian rupa, 95% mahasiswa terantuk-kantuk dalam pelajaran dan beberapa mahasiswa usil (termasuk saya) mendokumentasi expresi kawan-kawan saya melalui camera handphone (secara diam-diam tentunya bila ingin selamat dari hukuman dosen and labrakan teman-teman yang bersangkutan)    haha beberapa detik kemudian….

Waaaa gempaaa.. gempaaaa…

Sekejap ruang kuliah yang semula lebih pantas dikatakan seperti kuburan ( karena sangat sepi) berubah gaduh riuh rendah suara meja yang saling beradu satu sama lain, teriakan calon-calon bidan yang berlarian keluar (tahu sendiri kan, seperti apa teriakan cewe dan bayangkan bahwa pada kenyataanya diruang kelas saya berisi 37 makhluk yang bernama perempuan semua) dan tentu saja saya yang tidak paham dengan apa yang terjadi turut melarikan diri keluar ruangan dengan sebelumnya bersusah payah memakai sepatu yang selalu saya lepas di ruang kelas. Apa yang terjadi pada dosen saya? Ouwch, ternyata beliau adalah seorang pelari cepat.. saya lihat beliau berada dipaling depan…syukurlah beliau selamat (hahaha…! Nada mencela) pak..pak mbok ya mahasiswanya dulu dievsayaasi keluar, apa ndak kasihan to sama mbak-mbaknya pada ketsayatan digoyang gempa begini, hala kok malah lari duluan. Owh iya, bagaimana teman disebelah saya? Dengan pedenya dia menenteng sepatu yang juga dilepasnya dikelas.

Waw, liat temen-temen ku bukannya ikutan tegang malah ngakak ( tertawa terbahak and berkelanjutan) with my prend @Sapitri Sapitrong. Bagaimana tidak, semula tampang-tampang mereka yang Nampak kusut dalam sekedipan mata berubah me merah karena shock and tegang. Apalagi menyadari bahwa dosen saya pun lari terbirit-birit menghadapi gempa ( maaf ya pak sedikit membicarakan anda).

Hmmm..

Jadi teringat kejadian beberapa tahun yang lalu…

Gempa jogja, 5.9SR  yang sempat meluluh lantakkan Jogja dan sekitarnya. Saat itu saya masih duduk dibagku kelas 2  SMP,  4tahun yang lalu. Di pagi yang sangat tenang dan damai, mandi pagi jadi tradisi yang wajib dilaksanakan (pukul 05.30 WIB) entah firasat ataupun hanya kebetulan, saya yang biasanya hanya berbekal satu handuk saja, kali ini membawa dua handuk super gede… seperti biasa setelah mandi pastiah segera bersalin pakaian di kamar pribadi saya, tapi ternyata 06.00WIB….

Apa ini?

(pada kenyataannya posisi panic dapat menyebabkan ke-“Lola”-an anda kian menjadi)

Mendengar teriakan gempa dari tetangga-tetangga rumah membuat saya tersadar… Dengan expresi bodoh… Ohh gempa ya? Baru setelah PRT dirumah saya berteriak memanggil saya dari luar, saya turut kabur dengan dua handuk yang untung nya masih saya pakai. Tapi… bapak dan ibu saya? Hloh kok belum ada diluar.. Oalah, ternyata beliau juga tidak sadar bahwa pagi ini ada deadline digoyang gempa. Adek saya yang juga masih terlelap terpaksa harus digendong bapak dari dalam rumah. (nb:kebiasaan keluarga kami kembali tidur setelah solat subuh). Baru saja saya mendekat ke bapak saya, saya mendengar beliau bergumam “ haddoh, ommah ku neh rubuh tenan iki” saya yang mendegar beliau berkata begitu merasa was-was juga tentunya dan usut punya usut ini adalah gempa terbesar yang dialami bapak saya. Setelah keadaan sedikit tenang, saya segera ingin kembali masuk rumah tapi arrrgh gempa kecil susulan selalu bermunculan ( gempa susulan ini terus terjadi hingga malam, namun hanya berskala kecil. Kakek-nenek-Bapak-ibu-emas-embak-adek-kakak semua keluar rumah dan saya baru sadar hanya saya yang tidak berpakaian rapi dan sopan (namanya juga baru selesai mandi!), beruntunglah tadi saya memakai dua handuk  gede (thanks God, Kau selamatkan aku dari maut dan juga dari malu).

Ehhh aku punya adek keponakan yang baru bebrusia beberapa bulan, bagaimanaa dia?

Calling……Tante Iss..

Disini kembali saya temui sebuah anekdot, kakek saya yang satu rumah dengan tante Iss mencoba menggendong adek bayi tapi beliau malah menggendong sebuah guling mungil milik adek bayi sementara adek bayi sendiri masih lelap dikamarnya ( satu lagi fakta yang saya simpulkan, dalam keadaan panic ketepatan dan keakuratan seseorang akan berkurang hingga 50%) sempat panic juga tante Iss dan keluarga saya, setelah yakin gempa benar-benar berhenti mereka segera menuju kamar adek bayi yang menyambutnya dengan tawa kecilnya ( mungkin dia mau berkata, kakekku tersayang yang kamu bawa itu harusnya aku bukan gulingku).

Malam menjelang, gempa susulan masih saja terjadi dengan frekuensi yang lumayan sering. Wew… apah? Malam ini kita tidur diluar? Hadududuh…..bebrapa hari kami sekeluarga dan beberapa masyarakat didesa kami memilih tidur di luar rumah. Dengan perbekalan lengkap (selengakap anggota pramuka yang siap berangkat ke bumi pekemahan) kami sekeluarga membuat ruang di teras rumah dengan sekat dari kursi-kursi sofa yang diangkut keluar. Gerimis…rintik-rintik…rinai-rinai… lampu padam da angin yang berhembus pelan wuuuuushhh… suasana mencekam, sepiii… (ini berjalan selama 3hari) apalagi ada isu aka nada gempa susulan yang lebih besar dari yang tadi pagi.. gello…ada juga isu tsunami… bikin hatiku deg-degan sajo…

Tapi pada akhirnya berakhir bahagia, tidak ada korban di daerah saya. Hanya beberapa rumah saja yang mengalami kerusakan.

Untuk korban gempa Jogja, semoga kalian mendapat tempat disisiNya. Amin.

nB :saya bersyukur saat itu saya dan keluarga diberi keselamatan.

Masih tentang cerita gempa…

Malam kedua saya dikostan semasa jadi anak baru di SMA, dengan ms.Eni margowati ( tidak tahu dia dimana sekarang, apakah sdah menikah kau mbak?! )  tengah malam yang sunyi (ya iyalah, makhluk-makhluk udah pada pules). Bumi ngajak bergoyang, mungkin saat itu sedang populernya goyang gergaji ala De-Pe kali yah? Dengan tampang bloon, masih setengah sadar dari tidur. Saling tatap, senyum dan…. Waaaaaaaa gempaaa….! Kaburrr  dari lantai dua, meluncur kehalaman depankost melewati tiga pintu keluar… huh..huh..huh.. panic, kawasan padat penduduk kanan kiri tembok owch no! sialnya pintu yang biasanya juga kaga dikunci kenapa malam ini terkunci, begitu sulit dibuka.. bicara tentang nyawa satu menit bisa jadi satu jam saja. Deg..deg.. uhff akhirnya bias juga keluar

Anehnya, ibu kost, penghuni kamar kost lain dan penduduk sekitar jl.arjuna 4, wonokarto, wonogiri Cuma sedikit saja yang keluar rumah. Pikirku apa tidak sayang nyawa sih mereka ini. Pasrah ya pasrah tapi berusah dulu napah?! Huh… Cuma dua orang saja yang mengaburkan diri. Tak apa ini menandakan kami masih punya semangat hidup dan survive dalam setiap keadaan hahahaha(tombo isin)

Masih di kost, sekitar dua tahun setelah kejadian diatas. Lagi-lagi gempa (memang sih Indonesia pabriknya gempa dan bencana alam lain – kata dosen Kewarganegaraan saya “Indonesia memang supermarketnya bencana alam”) bukan lagi dengan mr.Eni tapi dengan personil-personil baru, sekarang saya bukan  anak baru lagi, Terra, Nana Suminar and ayu wks mereka ga kalah heboh seperti saya saat berlarian dengan mr.Eni waktu itu. Gempa selalu membuat cerita yang berkesan dengan shocking terapinya, kala itu saya harus bersikap wajar dan tidak terlalu menampilkan rasa khawatir saya didepan anak-anak ini. Mereka masih baru, berpisah dengan keluarga mereka jadi… yahh saya coba menempatkan diri menjadi kakak yang baik buat mereka hahaha (gayane tjah..!) padahal andai mereka melihat kaki saya yang juga ‘ngewel’ (bhs jawa, di translate jadi bahasa Indonesia apa yah?) pasti mereka akan tertawa, saya coba menenangkan tapi aslinya juga deg..deg..

Lagi, saat di asrama masih jadi mahasiswi baru. Awal tinggal di asrama kebetulan saya mendapat dipan susun bagian atas. Anda pasti tahu Klaten, Jawa tengah termasuk wilayah yang terkategori mengalami kerusakan parah saat gempa jogja 2006 silam. Sekitar pukul 00.12 WIB gruuuuggg….gruuuuuggg… gempa ? owh iya gempa… back sleep again. Hloh?! “eh say, gempa to?” teman saya hanya menjawab “he’em” tanpa membuka matanya sedikitpun (sialan..! Haha)

https://www.facebook.com/lili.t.lita

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun