Mohon tunggu...
Lilis Edah Jubaedah
Lilis Edah Jubaedah Mohon Tunggu... Guru - Guru di SMPN 1 Cilegon

Saya Lilis Edah Jubaedah, Lahir di Purwakarta, 26 Agustus 1965. Pekerjaan saya Guru di SMPN 1 Cilegon. Hobby saya menulis, walapun belum mahir. Konten yang saya sering tulis apa saja yang berhubungan dengan rasa kekhawatiran diri terhadap lingkungan sekitar. Jenis tulisannya ada puisi, cerpen, opini, esai, atau apa saja yg menurut saya cocok dengan kontennya. Tapi hanya sekadar menulis saja.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Pengalaman Umroh (12)

5 Januari 2023   06:00 Diperbarui: 5 Januari 2023   06:11 979
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Wisata di tempat ini kami tidak sampai menaiki gunungnya, mengingat waktu kami juga terbatas jadwal salat dhuhur harus di Masjid Nabawi. Untuk itu, setelah mendengar penjelasan tentang sejarah Gunung Uhud dan rukun umroh ke tujuh, yaitu berfotoria, maka kami memutuskan untuk Kembali menaiki bis kembali. Tetapi belum juga kami sampai di bis, ada beberapa pedagang yang menghampiri rombongan menawarkan berbagai macam dagangannya. Waktu itu Jemaah sontka tertarik dengan barang-barang yang ditawarkan. Baik sejadah, sorban, maupun makanan khas Tanah Suci. Namun apa yang terjadi? Belum juga kami bayar itu barang jualannya, tiba-tiba mereka berlarian kocar-kacir membawa barang dagangannya dengan sekuat tenaga melarikan diri. Kami hanya bengong, "Kenapa mereka kabur? Ada apay a? gimana ini barangnya belum dibayar," hampir semua yang beli dalam hatinya bicara seperti itu. Semua pembeli jadi bingung dan bengong. Semua memegang barang yang akan dibeli tapi belum dibayar.

"Ternyata apa yang terjadi pemirsa? Ya ampun pemirsa, baru kami tahu, ketika kami melihat mobil Satpol PP nya Arab Saudi, berputar-putar mengitari tempat wisata sekitar Gunung Uhud. Masya Allah, sebegitu takutnya mereka, sampai barangnya pada jatuhan dan dibiarkan saja, yang mereka pentingkan lari dari kejaran Satpol PPnya Arab Saudi, sampai menghilang entah kemana. Jadi mirip di Indonesia ya? Mungkin bedanya, kalau di Indonesia, selamatkan dulu barangnya, kemudian lari dengan gendolan barang dipunggungnya. Kalau di sini lari saja dulu dengan barang 'sekebawanya' yang penting selamat. Lucu ya?"

Kejadian itu menjadi pelajaran ringan buat kami, di mana di antara kami suka saling membandingkan tentang perilaku kehidupan, ternayata ada juga ya kesamaan atau kemiripannya dengan yang ada di negeri kita. obrolan renyah dari rombongan kami pun akhirnya menjadi topik utama. Dengan menyaksikan kejadian tadi yang sebenarnya mungkin tidak pernah dibayangkan sebelumnya kalau di Kota ini ada kejadian seperti itu.

Setelah ketegangan kami mulai mengendur, kami sadar bahwa belanjaan itu belum dibayar, akhirnya kami titipkan kepada pedagang minyak Kasturi dan pedagang makanan khas yang menggunakan kendaraan bak yang bisa dibuka menjadi meja jualannya. Mungkin itu tujuan Satpol PPnya Arab Saudi mengusir pedagang asongan, agar para pengunjung belanjanya di warung-warung yang disediakan. Modelnya seperti itu, mobil yang sisi kanan-kiri dan belakangnya dibuka menjadi 'dadasar jualannya'. Memang caranya Satpol PP mengusir pedagang asongan itu tidak kasar, karena mereka tidak tertangkap. Kalau sampai tertangkap, mungkin tragedy itu akan termemorikan di kepala kami, dan image kurang baik akan terbawa sampai ke tanah air.

Mengingat masalah sudah terselesaikan, kami melanjutkan perjalanan. Di dalam bis, kami masih menggunjingkan dan ikut merasakan bagaimana sulitnya hidup orang kecil, yang dipikir di negeri sekaya Arab Saudi tidak mungkin terjadi, tapi kenyataannya ada. Tapi mungkin karena pedagangnya yang kurang taat terhadap aturan. InsyaAllah semuanya baik-baik saja. Aamiin YRA.

Di tengah perjalanan kami diinformasikan bahwa di sebelah kanan jalan terdapat masjid Qiblatain yang artinya masjid dengan dua kiblat. Menurut penjelasan tourleader, masjid Qiblatain itu dulu kiblatnya menghadap ke Baitul Maqdis nama lain dari Masjidil Aqsa di Yerusalem/Palestina. Namun, belakangan turun wahyu kepada Nabi Muhammad SAW untuk memindahkan kiblat ke arah Masjidil Haram di Mekkah. Hal ini terjadi pada tahun ke 2 Hijriyah dan wahyu tersebut tercatat dalam surat Al-Baqarah ayat 144. Masjid Qiblatain dukunya dikenal dengan sebutan Masjid Bani Salamah, karena masjid ini dibangun di bekash rumah Bani Salamah.


Kami tidak turun dan mengunjungi secara langsung masjid tersebut, kami hanya mendengarkan sejarahnya sambil melewati masjid tersebut. Juga masjid Sab'ah. Kedua masjid ini hanya kami kenal lewat sejarah yang dijelaskan oleh tourleader. Mengingat waktu kami untuk melaksanakan salat dhuhur sudah tinggal satu jam saja. Maka muthawwif dan tourleader hanya menjelaskan sejarahnya sambil lalu, tanpa mengajak kami turun dan mengenal lebih dekat.

Tak lama kami sudah sampai di lingkungan Masjid Nabawi, dan tepat pukul 11.00 WAS, kami sampai di hotel. Kami segera turun dari bis dan siap-siap menuju Masjid Nabawi, Untuk melaksanakan kegiatan salat dhuhur berjamaah seperti biasanya. Semoga semua kegaiatn yang dijalankan akan menjadi catatan amal baik kami. Aamiin YRA. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun