Mohon tunggu...
Lilis Andarwati
Lilis Andarwati Mohon Tunggu... Guru - Lifelong learning by teaching students.

Siapa yang berbuat baik maka akan mendapatkan kebaikan itu dan siapa yang berbuat buruk maka akan mendapatkan keburukan itu

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Filsafat Rindu: Kesabaran dan Keridloan serta Do'a

3 Februari 2024   12:52 Diperbarui: 3 Februari 2024   12:54 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri Lilis Andarwati di Outlet Mixue


Rindu....
Iya...
Rindu itu berat
Rindu itu sakit
Bagi siapapun
Sebagian orang tak kuat menahan rindu
Namun saya 
tak mungkin menjadi bagian dari itu

****
Siapa yang tak tahu bahwa obat daripada rindu tentu saja adalah pertemuan. Tapi, apa daya jika pertemuan tersebut sulit untuk terlaksana? Kesabaran adalah pilihan bijak daripadanya. Kemudian keridloan adalah keihklasan hati untuk menunda pertemuan. Selanjutnya bisikan-bisikan doa kepada yang dirindukannya.

Kesabaran merupakan titik tertentu dimana antara cinta dan rindu mencapai sebuah keseimbangan. Itulah puncak dari reaksi cinta dan rindu yang paling bijak dan aman. Tanpanya, cinta dan rindu justru akan rusak, jalinan hubungan pun kemungkinan kandas tak berbekas ditengah jalan. Entah akibat emosi yang akan membawa pada nafsu birahi atau keterpaksaan yang membuat diri seseorang memiliki keegoan.

Mungkin, berkali-kali seseorang merasakan rindu yang sangat mendalam kepada seseorang dan pada akhirnya justru tunduk pada kesabaran dan keridloan itu. Hingga kemudian seseorang menyadari bahwa ternyata kesabaran itulah yang menjadi puncak pergelutan hebat dalam hati sang Perindu yang disertai dengan keridloan hati yang ikhlas. Dan itulah yang tentunya harus mampu disyukuri oleh para perindu, sebab kerinduan yang para perindu rasakan selama ini bisa berpuncak kepada dua hal tersebut yakni kesabaran dan keridloan untuk menunda pertemuan sampai batas waktu ditentukan untuk saling bertemu.

Seringkali orang mendengar cerita dari rekan-rekan perihal hubungan seseorang dengan kekasih/suami/istri/anak/saudara. Banyak diantara mereka yang terpisahkan jarak dan waktu dan terbelenggu dalam kerinduan, tak mampu memuncaki kesabaran dan keridloan. Hasilnya, rindu yang seharusnya bisa menguatkan cinta, justru menjerat mereka dalam amarah dan buruk sangka hingga berakhir pada rusaknya hubungan mereka. Ini sering terjadi dalam hubungan kasih asmara antara laki-laki dan perempuan. Tak beda dengan hubungan cinta dalam rumah tangga. Cukup banyak diantara mereka yang memutuskan hubungan dengan alasan terpisahkan jarak, sehingga tak mampu bertemu. Mereka itu lah yang tidak mampu mencapai sebuah kesetimbangan bijak atas reaksi yang muncul dari dalam hatinya. Mereka itu lah yang tidak mampu memuncaki kesabaran dan keridloan. Mereka itulah orang yang gagal dalam menapaki rindu.

Begitulah tentang rindu menurut penulis ini. Berawal dari cinta, berlangsung dalam sebuah ikatan tertutup, dikataliskan oleh jarak, ruang dan waktu, dan mencapai titik keseimbangan dalam bentuk kesabaran dan keridloan yang disertai dengan do'a.

Bolehlah... Setiap orang boleh mendeskripsikan rindu dengan alur yang berbeda. Yang pasti, aku bahagia masih sering merasakan rindu, meski seringkali hanya berujung pada kesabaran dan keridloan. Sebagaimana saat ini yang aku rasakan di hari-hariku sebagai seorang perempuan.

Kesabaran dan keridloan, itulah puncak terbaik dari pergelutan cinta dan rindu, dengan segala aksi-reaksi yang terjadi padanya. Selamat menempuh rindu yang hakiki. Selamat menapaki rindu yang berduri.  Tulisan ditulis dalam keadaan rindu sedalam-dalamnya terhadap Tuhan dan Nabiku serta orang-orang yang saya cintai dan kasihi. Aku berdoa semoga tulisan berserakan ini bermanfaat bagi kita semua. Mohon maaf dan terima kasih. Tulisan ini ditulis didalam outlet Mixue. I love You, You love me. Wallohu a'lam bi As Showaab.

Lilis Andarwati Assa'adah Fillah
Kelutan, 03 Februari 2023

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun