Jangan Biarkan Ruhmu Mati di Meja Kerja
Kau datang pagi-pagi.
Kau pulang petang,
dengan tubuh ringsek dan mata sayu.
Gaji tetap masuk,
tapi jiwamu makin hari makin kosong.
Ada yang hilang.
Dan itu bukan tunjangan.
Bukan apresiasi.
Tapi ruh.
Kita terlalu sibuk mengejar deadline,
sampai lupa untuk mengejar ridha Tuhan.
Kita terlalu sibuk menyusun laporan,
hingga lupa melaporkan hati kita kepada Pemilik Hidup.
Lalu kita bertanya,
kenapa hidup terasa hambar?
kenapa bekerja tak lagi membuat bangga?
karena kau kerja tanpa ruh!
Lihatlah para sahabat!
Abdurrahman bin Auf,
hartawan paling dermawan yang tak pernah pamer kekayaan.
Ia bisa beli dunia,
tapi ia memilih akhirat.
Pernah ia infakkan 700 unta penuh barang dagangan,
tanpa menyisakan satu pun untuk dirinya.
Kau dengar? Tujuh ratus unta!
Dan kita masih pelit sedekah seribu dua ribu rupiah.
Karena Abdurrahman bekerja dengan ruh.
Ia tak jual rugi hidupnya untuk dunia.
Ia investasikan semuanya untuk akhirat.
Zaid bin Tsabit,
penulis wahyu---ia menulis bukan karena honor.
Ia menulis karena hatinya tahu:
ini bukan pekerjaan biasa, ini ladang jihad!