Mohon tunggu...
Liliek Purwanto
Liliek Purwanto Mohon Tunggu... Penulis - penulis

-

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Mengatasi Gangguan Jiwa Bernama Kecanduan

20 Oktober 2019   12:53 Diperbarui: 20 Oktober 2019   12:58 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: tribunnews.com

Beberapa waktu belakangan ini merebak berita mengenai gangguan jiwa akibat ketagihan gawai, gim atau media sosial. Di Bogor, belasan anak dan remaja yang mengalami gangguan jiwa dikirim ke rumah sakit jiwa karena kecanduan gawai. Sementara itu di Semarang tiga anak terkena gangguan jiwa karena kecanduan bermain gim daring. Beberapa kabar serupa juga terjadi di Solo, Blitar dan kota-kota lainnya. Sementara itu, entah berapa banyak yang tidak terekspos oleh media.

Beberapa kejadian itu mengarah kepada satu permasalahan, yakni ketagihan. Mehmed C. Oz, M.D., seorang dokter dan pembawa acara "the dr. Oz Show" mendefinisikan ketagihan sebagai suatu peristiwa rumit yang bermula dari otak. Secara teknis, ada suatu zat (atau perilaku) yang menciptakan perubahan fisik dalam otak. Perubahan itu membuat orang berpikir dan percaya bahwa ia sangat memerlukan zat atau perilaku dimaksud. Hal itu tidak benar, tetapi otak memercayainya.

Masih menurut dr. Oz, dalam situasi ketagihan, seseorang memerlukan sesuatu yang menyebabkan otak melepaskan zat yang bernama dopamin hingga memberikan sinyal kepada otak untuk merasakan sebuah kesenangan karena melakukan suatu kegiatan. Rasa senang memunculkan keinginan tubuh untuk mendapatkan lebih banyak zat atau pengalaman yang menimbulkan rasa senang itu.

Kejadian yang berulang menjadikannya sebuah kebiasaan. Ketika kebutuhan akan dopamin meningkat akibat terbiasa melakukan suatu kegiatan, produksinya justru berkurang. Untuk mencukupi kebutuhan dopamin yang makin sedikit, orang akan memperbanyak frekuensi pengulangan suatu kegiatan. Begitulah sebuah siklus kegiatan berlangsung hingga memunculkan kecanduan.

Ketika mendapati kata "kecanduan", mungkin yang tebersit dalam benak kita adalah masalah-masalah yang berkaitan dengan narkoba, alkohol dan semacamnya. Namun kabar yang banyak menyebar belakangan ini menunjukkan bahwa masalah kecanduan bisa terjadi pada banyak hal. Dan kecanduan gawai hanya merupakan salah satunya.

Ketagihan Kopi

Meskipun sangat jauh bila dibandingkan dengan kebiasaan ngopi almarhum Mbah Surip yang kabarnya bisa sampai sepuluh gelas per hari, saya pernah merasakan suatu kondisi yang mengarah kepada ketagihan minum kopi. Pagi, siang, sore hingga malam hari, maunya berkegiatan apapun ditemani secangkir kopi. Malam dan pagi yang dingin pengennya menyeruput kopi panas. Jika matahari tengah menyengat bumi pada siang hari, terbayang es kopi yang dingin menyegarkan.

Apalagi saat berada di tengah kegiatan yang harus dilakukan dengan duduk berjam-jam semacam rapat kerja atau pelatihan. Dalam kegiatan-kegiatan semacam itu, acara coffee break bukan sekadar penyebutan sebuah bagian dari suatu agenda pertemuan, melainkan benar-benar saya perlakukan sebagai acara ngopi. Jika sebuah acara rapat menyertakan tiga kali coffee break, maka dalam tiga kesempatan itu saya akan mencari kopi.

Tujuan utama minum kopi tiada lain untuk menyegarkan tubuh dan membuka mata yang hampir terkatup saat mengikuti pertemuan. Entah benar entah tidak jika ditilik dari ilmu kesehatan. Yang jelas kenyataannya, lima menit setelah rapat dimulai kembali seusai jeda kopi, mata sudah terkantuk-kantuk lagi. Mata hanya melek ketika cairan panas kopi mengaliri kerongkongan.

Hal yang mengubah kebiasaan terjadi ketika saya mulai banyak menelusuri artikel-artikel tentang kesehatan. Beberapa ulasan menyertakan nasihat pakar kesehatan yang menyatakan bahwa sebaiknya sehari mengonsumsi tak lebih dari dua cangkir kopi.

Referensi-referensi itu cukup membuka pikiran saya hingga saya mengurangi porsi kafein masuk ke dalam tubuh. Kini, saya minum kopi rata-rata kurang dari dua cangkir dalam sehari. Adakalanya nggak ngopi sama sekali seharian, dan saya merasa baik-baik saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun