Setelah jalur kereta api Baotou-Lanzhou dibuka pada 1 Agustus 1958, angin barat laut yang kuat sering menerpa wilayah ini, menyebabkan rel kereta api tertimbun pasir dan mengancam operasionalnya. Untuk mengatasi masalah ini, Akademi Ilmu Pengetahuan China (CAS) mendirikan Stasiun Penelitian Gurun di Shapotou pada tahun 1955, sementara pemerintah lokal membentuk Lahan Hutan Penahan Pasir. Kedua institusi ini bertanggung jawab untuk melindungi jalur kereta api dari serbuan pasir.
Pada masa itu, metode "Kotak Jerami" belum ditemukan. Awalnya, para ahli dari Uni Soviet diundang untuk memberikan saran. Mereka memiliki pengalaman menangani gurun berangin besar di negara mereka. Selama penelitian, para pekerja dan peneliti tinggal di gurun, bekerja dari pagi hingga malam, bahkan makan dan tidur di lokasi.
Suatu hari, saat mencoba menahan pasir dengan jerami yang diratakan, angin terus menerbangkannya. Namun, secara tidak sengaja, seorang pekerja menusukkan jerami tersebut dengan sekop, membentuk pola tertentu. Keesokan harinya, jerami yang telah "diikat" itu tetap utuh dan tidak terbang. Temuan ini menarik perhatian para peneliti, yang kemudian melakukan eksperimen dengan berbagai bentuk (lingkaran, belah ketupat, persegi panjang, dll.). Setelah beberapa tahun, disimpulkan bahwa kotak jerami persegi 1m x 1m yang paling efektif menahan pasir.
Di wilayah Ningxia, total area gurun yang perlu ditangani adalah 125.333 hektar. Sampai saat ini, area yang telah berhasil dipulihkan mencapai 113.333 hektar, yaitu sudah 90% dari total target.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI