Mohon tunggu...
Lilian Arisianti
Lilian Arisianti Mohon Tunggu... Lainnya - Conten Creator, Penulis, Penikmat Puisi

Hai, aku Lian. Seorang perempuan yang kembali merebut mimpinya setelah beberapa kali kehilangan "dirinya". Bersama mimpi cita-cita itu kembali wangi. Setitik demi setitik mimpi-mimpi itu memberi wujud dan memanggil-manggil untuk bisa di raih. Lucu ya, "diriku" yang hilang dulu kini kembali hadir dengan wujud mimpi-mimpi yang membangkitkan semangatku untuk tubuh dan berkembang menjadi lebih baik.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Mengapa Memvalidasi Perasaan Anak Menjadi Sesuatu yang Penting?

16 Februari 2023   11:08 Diperbarui: 17 Februari 2023   21:23 712
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

Ketika anak sedang bersedih atau menangis, mungkin banyak dari orang tua yang meminta anak untuk berhenti menangis atau megalihkan perhatiannya dalam bentuk lain. Padahal anak sedang merasakan perasaan yang nyata dan butuh bantuan untuk memahami apa yang sedang dirasakan. Oleh karena itu sangat penting untuk membuat anak merasa dimengerti dan dipahami, anak perlu tahu jika perasaan yang mereka rasakan itu nyata dan hal yang bisa dilakukan oleh orang tua adalah memvalidasi perasaan anak. 

Validasi sendiri adalah cara untuk membiarkan seseorang tahu jika kita sedang memahami diri mereka. Dipahami merupakan unsur yang penting bagi anak agar merasa terhubung dan didukung. Ketika anak merasa dipahami oleh seseorang yang dekat dengan mereka dengan penerimaan yang tulus, secara tidak langsung mereka akan menyesuaikan diri dan menerima emosi sebagai sesuatu yang nyata dan bermakna, hal tersebutlah yang akan membangun kepribadian anak supaya memiliki empati terhadap orang lain. 

Validasi perasaan anak menjadi hal yang penting karena kemampuan seorang anak untuk mengatur emosi nantinya akan mempengaruhi hubungan dengan keluarga, teman sebaya, prestasi akademik, bahkan turut mempengaruhi kesehatan mental jangka panjang seperti mencegah dari trauma, hingga kesuksesan anak dimasa depan. 

Jika sudah mampu memahami dan menamai emosinya tentu banyak sekali manfaat yang bisa disarasakan diantaranya adalah: 

1. Anak yang mengetahui emosinya bisa memudahkan orang tua dalam memahami apa yang dia rasakan 

Bagi kebanyakan orang tua akan menjadi lebih mudah jika menghentikan anak menangis dengan cukup hanya menyuruhnya berhenti atau mengalihkannya pada perhatian lain, misalnya "Cup,cup,cup, adek jangan nangis ya tuh lihat ada cicak di dinding". Masalahnya jika hal ini dibiasakan anak tidak akan belajar tentang emosi yang dirasakannya dan menjadikannya sulit mengungkapkan perasaanya. 

Jika begini orang tua akan kerepotan untuk menerjemahkan bagaimana emosinya. Berbeda jika anak sedari dini diajarkan untuk menamai perasaannya seperti; Marah, sedih, kecewa, dan lainnya lalu mereka tahu dan diajarkan bagaimana cara mengelola emosinya entah dengan memeluk, menangis, atau menyendiri. 

2. Mengetahui emosi dapat meningkatkan kecerdasan emosional 

Saat orang tua membiasakan anak untuk menamai emosinya dengan bahasa, anak akan lebih bisa menentukan apa yang sedang mereka alami. Memahami dan menyesuaikan emosi sangat penting untuk kecerdasan emosional. Hal tersebut dimulai dengan mengidentifikasi emosinya "Kenapa? Adik gugup mau tampil di depan kelas besok? Nggak papa itu perasaan yang wajar terjadi. Adik bisa alihkan rasa gugup itu dengan bernapas dalam dan panjang" 

3. Menormalkan perasaan untuk mengurangi kecemasan 

Berbagai macam emosi mungkin sudah menjadi hal yang wajar dirasakan bagi kebanyakan orang, namun hal tersebut bisa menjadi momok yang menakutkan bagi si kecil karena itu sangat penting untuk memberikan ruang pada si kecil agar ia bisa merasakan emosinya dan memvalidasi apa yang dia rasakan. Kalau orang tua atau lingkungan sering kali memberikan perlawanan atas apa yang dirasakan anak akan kesulitan dalam mengelolah kecemasannya sendiri. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun