Mohon tunggu...
Lilia Gandjar
Lilia Gandjar Mohon Tunggu... Tutor - Penikmat aksara dan pencinta kata-kata.

Penyuka dunia tulis menulis.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ada Mujizat dalam Bersyukur, Benarkah?

7 Juli 2020   15:20 Diperbarui: 7 Juli 2020   16:33 349
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 1.Window of Tolerance Infographic, diambil dari buku The Crisis Kit. Sumber: PositivePsychology.com

Dua bulan kemudian, saya pindah kerja ke bimbel. Saat saya bekerja di bimbel, mulai ada komunikasi dengan salah satu wanita di rumah sebelah itu. Bahkan wanita yang lain pun pernah menawari saya menumpang motornya. Namun saya menolak, sebab lebih senang pergi kerja sambil berolah raga.

Suatu saat, tembok kamar tidur yang tepat bersebelahan dengan kamar mandi mereka, digedor-gedor untuk waktu yang cukup lama. Sejak itu, mulailah teror aneh.

Padahal, jika saya berangkat kerja dan bertemu salah satu wanita di rumah sebelah itu, dia sopan. Kami saling sapa dan mengobrol sekedarnya. Alias basa basi.

Namun, setibanya di rumah, tembok kamar tidur saya tetap digedor-gedor. Ini hal yang aneh dan terjadi berulang-ulang. Bahkan gedoran itu terjadi setiap hari.

Walaupun bertemu di luar rumah, bahkan mengobrol, namun wanita ini tidak mengatakan apapun. Hanya dangkal bertanya ini dan itu, sambil lalu. Padahal saya menunggu dan memberi kesempatan jika dia ingin menyampaikan sesuatu.

Namun, hingga beberapa kali pertemuan, tak kunjung disampaikan apa harapannya. Jadi saya berpikir, memang itulah kebiasaan buruk tetangga ini.


Gambar 1.Window of Tolerance Infographic, diambil dari buku The Crisis Kit. Sumber: PositivePsychology.com
Gambar 1.Window of Tolerance Infographic, diambil dari buku The Crisis Kit. Sumber: PositivePsychology.com
Di bulan Februari 2020, saya tidak bekerja lagi di bimbel tersebut. Sementara itu, gunjingan Covid-19 semakin panas. Sambil berusaha mencari peluang kerja baru, saya dan putri kecil menghabiskan waktu kami di rumah.

Bulan Februari itu menjadi bulan terburuk. Gedoran di tembok semakin intens, dari jam 4:00 hingga jam 23:00. Bahkan anaknya yang laki-laki, selalu membuat suara-suara aneh.

Saat saya dan tetangga itu bertemu di luar rumah, dia tidak tampak merasa bersalah. Kami mengobrol dangkal seperti biasa. Namun sesampainya di rumah, mulai saya dengar teriakan-teriakan aneh dari rumahnya.

"A****g, ngapain lo nyuci. Gua enggak nyuci hari ini. Kalah dong gua."

"B*****t, ngapain lo buat soal. Gua kalah dong."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun