Mohon tunggu...
Liharman Sipayung
Liharman Sipayung Mohon Tunggu... Relawan - Selamat menikmati coretan sederhana saya

PMKRI Cab. Pematangsiantar

Selanjutnya

Tutup

Diary

Aku dan PMKRI

16 Desember 2021   13:00 Diperbarui: 16 Desember 2021   13:17 674
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi:KatolikTimes.com

Tahun 2016 adalah awal bagi saya memasuki bangku perkuliahan. Sekilas tidak ada bedanya dunia mahasiswa dengan sekolah dulu, selain pakaian yang bebas dan waktu kuliah, tetap saja metode pembelajarannya membosankan dan melelahkan karena dihadapkan dengan tugas dan tugas. Padahal sejatinya dunia mahasiswa adalah masa dimana kita berkarya untuk Negara dan masyarakat khususnya. Mahasiswa dikenal sebagai kaum intelektual, bahkan tidak sedikit masyarakat yang menaruh kepercayaan kepada mahasiwa sebagai agen perubahan.

Setiap pribadi pasti mempunyai pilihan cara dalam menjalankan atau menghabiskan waktu semasa kuliah. Akan tetapi sangat disayangkan ketika mahasiswa, kita menghabiskan waktu hanya untuk kuliah-pulang dan sekedar nongkrong saja. Itulah yang saya alami ketika diawal masuk perkuliahan. Dan akhirnya saya mencari warna baru di dunia perkuliahan dengan bergabung dalam komunitas atau organisasi mahasiswa.

Dari sekian banyak tawaran, dan sekian banyak yang saya ikuti, akhirnya saya memilih fokus di salah satu organisasi yaitu Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Cabang Pematangsiantar Santo Fransiskus dari Assisi. Banyak alasan mengapa saya memilih fokus aktif disini, mulai dari dikarenakan ini adalah organisasi mahasiswa yang berbasis keagamaan dan sesuai dengan agama saya sendiri, hingga bahkan juga dikarenakan ini adalah organisasi nasional.

Alasan itu diperkuat kembali dengan agitasi dari para senior saya di PMKRI hingga memantapkan saya untuk mengambil keputusan setia terus berproses. Berproses di PMKRI mulai dari anggota muda hingga anggota biasa terus saya nikmati. Banyak tantangan yang harus dilewati dan bagi saya itu cukup sulit. Suka-duka dalam berproses bersama saya lalui dengan penuh semangat, dan bertemu dengan banyak orang yang berbeda karakter sungguh membentuk karaker saya hingga saat ini.

Awalnya saya hanya merasakan biasa saja dalam mengikuti Masa Penerimaan Anggota Baru (MPAB) di Sipolha pada akhir bulan September 2016 itu. Kegiatan MPAB saya ikuti dengan semampu saya, bosan dengan penyampaian materi, ngantuk karena kurang tidur, ditambah lagi kesal ketika mendapatkan hukuman dari senior, dibentak, hingga dipaksa untuk berbicara didepan umum (yang akhirnya saya pahami sebagai ilmu "Public Speaking"). Semua itu mewarnai proses yang saya alami, dan tidak mematahkan semangat untuk berproses, karena kebersamaan yang luar biasa kami jalin dan terpatri dalam jiwa. Fraternitas atau persaudaraan sejati menjadi tali perekat yang menembus sekat-sekat primordial diantara kita. Senasib ketika di ospek bersama teman satu angkatanlah yang menyatukan kami dan pada akhirnya bertekad untuk akan tetap lanjut berproses kedepan.

Hari berlanjut dan tiba saatnya kita mengikuti kegiatan Masa Bimbingan (Mabim). Mabim adalah jenjang kaderisasi formal yang ke 2 setelah MPAB. Awalnya saya masih takut karena merasa belum sanggup dan tidak pantas mengikuti kegiatan tersebut. Hingga pada akhirnya saya beranikan diri dan pasrah dengan apa pun nanti surprise dari senior/panitia. Karena saya yakin apapun yang dilakukan senior kepada saya , itu hanyalah untuk melatih saya (memotivasi diri agar yakin dalam mengikuti Mabim).

Kegiatan pun berlangsung, surprise dari senior yang saya duga memang benar terjadi. Yang paling berkesan adalah ketika kita melaksanakan ekskursi sosial. Kita diutus untuk terjun langsung kepada masyarakat melihat bagaimana situasi sosial ekonomi masyarakat serta permasalahan-permasalahan yang terjadi di masyarakat mulai pagi hari hingga sore hari. Hal itu wajar untuk melatih dan membentuk kita agar lebih peka terhadap lingkungan sosial masyarakat. Akan tetapi yang membuat kita lebih tertantang adalah ketika kita diberangkatkan dengan tidak dibekali makanan dan uang. Kita juga dituntut dengan usaha sendiri agar kemudian mendapatkan makanan dari masyarakat. Tentu kita harus melakukan apa saja yang membantu masyarakat agar kita mendapatkan makanan untuk mengisi perut. Pada intinya kita harus berani dan sopan karena apa yang kita lakukan adalah baik.

Bagi saya menjadi mahasiswa adalah sebuah keberuntungan karena tidak semua memiliki kesempatan untuk duduk dibangku perkuliahan. Dan menjadi mahasiswa tentu memiliki sebuah tanggungjawab moral dan juga sosial. Berorganisasi saat kuliah merupakan suatu keharusan untuk melatih diri juga menggalang budi bagi setiap insan, karena gelar pendidikan tanpa disertai dengan sikap dan keterampilan ketika dimasyarakat adalah hampa.

Selama ber PMKRI banyak kegiatan dan upaya yang kita lakukan dengan tujuan agar berguna dan dirasakan masyarakat. Tak jarang dalam menyukseskan kegiatan pun banyak yang harus kita korbankan, mulai dari waktu, tenaga, bahkan materi. Akan tetapi ada kepuasan tersendiri ketika kita mampu menyukseskan kegiatan tersebut. Disamping itu ini juga adalah salah satu pembelajaran bagaimana kita dapat menyukseskan kegiatan mulai dari tahap persiapan hingga suksesnya pelaksanaan kegiatan tersebut.

Sebelumnya saya tidak pernah berkeinginan menjadi seorang ketua di PMKRI, karena memimpin organisasi adalah tanggungjawab besar dan tidak mudah bagi saya. Bahkan pernah suatu ketika saya berpikir menggantungkan impian tertinggi di PMKRI hanya sampai sebatas menjadi Presidium. Akan tetapi, dikarenakan rasa cinta yang terlalu kuat akan perhimpunan, saya siap untuk memberikan diri, tenaga dan perhatian dengan cita-cita untuk membawa perhimpunan kearah lebih baik lagi. Pada akhirnya, pada bulan desember 2019, melalui Rapat Umum Anggota Cabang (RUAC) saya dipercayakan untuk memimpin organisasi satu periode kedepan.

Sempat saya berpikir bahwa saya tidak sanggup untuk melaksanakan tanggungjawab ini. Karena sangat banyak dinamika yang dilalui dalam menjalani kepengurusan di cabang. Akan tetapi bukan berarti kita menyerah karena tidak sanggup untuk melalui nya. Yakinlah, masalah hanya mendewasakan kita. Mari kita hadapi dan jangan pernah menyelesaikan masalah dengan lari dari masalah.

Selama ber PMKRI hampir sebagian besar waktu saya habiskan di Margasiswa (sebutan secretariat dalam PMKRI). Margasiswa atau sekretariat adalah pusat kegiatan internal. Tidak hanya sekedar kantor semata, akan tetapi banyak pelajaran harusnya kita dapatkan ketika berkunjung bahkan tinggal di margasiswa, karena margasiswa ibaratkan laboratorium kreatif tempat kita berdiskusi dan melahirkan ide-ide kreatif untuk berkarya. Dan dengan alasan ingin belajar lah maka saya pada tahun 2017 memutuskan untuk tinggal di margasiswa. Selama tinggal di margasiswa, kita sangat merasakan kedekatan atau kehangatan ibarat keluarga kandung. Sungguh saya dapat merasakan rasa kekeluargaan itu.

Rasa persaudaraan sejati (fraternitas) adalah nilai utama yang dibangun di margasiswa. Ibarat dalam keluarga, tak jarang ada masalah antara satu dengan yang lain, dan kita selalu memperhatikan dan menjaga agar tetap terjalin dengan baik.

Banyak perubahan yang secara pribadi saya alami selama aktif dalam PMKRI. Tentunya perubahan dalam hal positif, yang merubah diri secara perlahan menjadi lebih baik. Karena kita selalu ditekankan agar mengadopsi hal-hal baik yang ada dari pendahulu kita.

Mengikuti kegiatan Nasional adalah juga salah satu pembelajaran berharga bagi saya. Terakhir saya mengikuti kegiatan Kongres dan Majelis Permusyawaratan Anggota Pengurus Pusat PMKRI tahun 2020 yang diselenggarakan di kota Ambon. Agenda Nasional tersebut bertujuan untuk membahas fokus arah gerak perhimpunan untuk satu periode kedepan dan regenerasi kepemimpinan pusat. Bagi saya agenda ini adalah gambaran kecil bagaimana kontestasi politik berlangsung, bagaimana calon pemimpin berusaha merebut suara dari antar cabang-cabang, bagaimana cabang-cabang juga harus bijak dalam memilih calon pemimpin. Apa yang sudah dipelajari selama ini kita aplikasikan dalam kegiatan ini, mulai dari komunikasi yang baik, loby-loby, management conflik dan masih banyak lagi.

Semua antusias dan pasti membanggakan jagoan masing-masing. Berdebat untuk saling mendukung jagoan masing-masing adalah hal yang lumrah. Tak jarang suara pukulan meja kita dengar ketika emosi memuncak dalam berdebat. Akan tetapi sampai akhir kegiatan terlaksana dengan baik dan lancar hingga mengambil keputusan. Perbedaan pilihan sah-sah saja kita hadapi, tapi ingat bahwa kita adalah tetap keluarga besar. Dan yang lebih penting adalah bahwa masih banyak tugas yang menanti dan harus kita tuntaskan demi Gereja dan Tanah air.

Saat ini masih banyak tugas yang menjadi pr kita bersama dan harus dituntaskan di PMKRI agar tetap menjadi laboratoriun perubahan bagi kader selanjutnya. Butuh orang-orang yang komitmen dalam hal pengkaderan. Butuh orang-orang yang peduli akan kondisi perhimpunan. Karena kita pasti berharap segala yang terbaik untuk perhimpinan tercinta.

Saya punya impian besar untuk PMKRI Cabang Pematangsiantar agar lebih baik kedepan. Dari usia, kita dapat lihat bahwa saat ini bukanlah umur yang singkat lagi. Akan tetapi dikarenakan dinamika yang ada, banyak hal yang harus kita caritau tentang PMKRI dahulu. Saya berharap agar kita tidak hanya sekedar singgah dalam ber PMKRI, akan tetapi lebih dari itu kita harus tetap untuk menjalin komunikasi dan memperhatikan cabang ini.

Religio Omnium Scientiarum Anima;

Pro Ecclesia et Patria !!!

Tulisan sudah pernah terbit pada buku Perubahan Ada Disini karya kader PMKRI Pematangsiantar

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun