Mohon tunggu...
Lidya Fitrian
Lidya Fitrian Mohon Tunggu... Blogger

Blogger | Content Writer www.fitrian.net

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Nabung Emas Biar Hidup Nggak Cuma Tentang Sekarang Tapi Juga Akhirat

26 Juni 2025   09:14 Diperbarui: 26 Juni 2025   09:14 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar diedit di Canva

"Jika waktu adalah uang, maka emas adalah penjaga waktu itu sendiri. Ia tak lapuk dimakan zaman, tak tergilas inflasi. Tapi... siapa sangka? Ia juga bisa menyelamatkan hidup---dan menjadi bekal menuju akhirat."


Saya masih ingat betul, awal mula saya punya tabungan emas itu bukan dari rencana keuangan yang matang atau strategi investasi yang rumit. Justru karena sebuah ajakan santai dari seorang teman yang menawarkan dinar sebagai bentuk investasi. Waktu itu anak-anak saya masih kecil, belum sekolah, dan saya juga belum benar-benar memahami tentang emas.

Awalnya saya ragu. Dinar? Apa benar itu worth it? Tapi akhirnya saya coba beli satu dinar saja yang setara dengan 4,25 gram emas murni. Dalam hati saya berpikir, "Ya udah lah, anggap ini simpanan kecil-kecilan."

Yang membuat saya tertarik bukan hanya karena nilainya, tapi karena saya teringat sesuatu yang lebih dalam: pada masa Nabi Muhammad SAW, dinar dan dirham digunakan sebagai mata uang. Dinar berbahan dasar emas, sedangkan dirham dari perak. Mereka digunakan untuk transaksi sehari-hari, dengan nilai yang stabil dan adil. Entah kenapa, rasanya ada nilai sejarah dan spiritual yang ikut mengalir setiap kali saya melihat logam kecil itu di tangan saya.

Dari situlah saya mulai pelan-pelan belajar dan menyadari bahwa menabung emas bukan hanya soal cuan, tapi juga bentuk ikhtiar menjaga nilai uang saya dari gempuran waktu dan inflasi.

Bukan Perhiasan, Tapi Simpanan yang Bernilai

Lucunya, saya sering bercanda dengan teman-teman bahwa saya ini perempuan yang "nggak punya emas perhiasan". Tapi mereka selalu tidak percaya. "Ah masa sih?" kata mereka. Ya memang benar kok, saya bahkan baru-baru ini saja beli cincin emas, itu pun kecil. Bukan karena nggak suka, tapi entah kenapa hati saya memang lebih tenang kalau pegang emas Logam Mulia (LM).

Saya tahu, banyak yang merasa emas itu identik dengan gelang, kalung, atau anting yang mewah. Tapi bagi saya, emas itu adalah cadangan. Pegangan diam-diam yang bisa menyelamatkan kapan saja. Boleh orang mikir saya nggak punya perhiasan, tapi saya punya simpanan dan itu cukup.

Awalnya saya beli emas LM melalui teman. Nggak banyak, hanya sekian gram sisihkan dari uang belanja, kadang nyicil juga. Lalu saya mulai penasaran dengan tabungan emas di Pegadaian. Ternyata, waktu dicek datanya, saya pernah melakukan transaksi sebelumnya. Rupanya teman yang saya titip beli emas pun belinya di Pegadaian.

Sejak saat itu, saya dan suami mulai rutin menabung emas lewat Pegadaian. Kadang beli LM langsung, kadang lewat tabungan emas digital. Rasanya ringan, dan nggak terasa... lama-lama terkumpul juga.

Saat Pandemi, Emas Jadi Penyelamat

Ketika pandemi melanda dan kondisi ekonomi begitu tidak menentu, tabungan emas kami jadi penyelamat. Banyak pengeluaran mendadak, pemasukan seret, dan kita semua tahu rasanya seperti apa saat itu. Di saat uang tunai terasa menipis, tabungan emas kami bisa dicairkan---dan nilainya... jujur saja, sangat membantu. Bahkan jauh lebih tinggi dari harga belinya dulu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun