Mohon tunggu...
Lia Wahab
Lia Wahab Mohon Tunggu... Jurnalis - Perempuan hobi menulis dan mengulik resep masakan

Ibu rumah tangga yang pernah berkecimpung di dunia media cetak dan penyiaran radio komunitas dan komunitas pelaku UMKM yang menyukai berbagai jenis kerja kreatif

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Maman Imanulhaq, Pembakar Semangat Relawan yang Selalu Optimis

21 Januari 2019   07:20 Diperbarui: 21 Januari 2019   16:13 286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: Tribunnews.com

Ia masih muda, usianya baru 46 tahun, bicaranya santun tapi membuat begitu banyak orang dihadapannya lantas bersemangat. Di kalangan santri ia juga dipanggil Kyai Maman atau Kang Maman. Di antara aktifis Nahdlatul Ulama (NU), Maman Immanulhaq memang termasuk yang masih 'belia' tapi jam terbangnya sudah selevel tokoh-tokoh seniornya.

Sumber foto: koleksi Pribadi
Sumber foto: koleksi Pribadi
Pertama bertemu dengannya di rakornas relawan, Saya terkesan pada prinsip beliau yang sangat moderat. Saat ini Maman Imanulhaq menjabat sebagai direktur relawan di Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma'ruf Amin. Sejak dibentuknya Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma'ruf Amin ia sibuk menemui relawan di seluruh pelosok Indonesia. 

Ia juga orang yang optimistis. Ia selalu menekankan kepada relawan untuk tidak khawatir juga tidak ada dana untuk mengajak masyarakat dukung Jokowi-Ma'ruf karena di setiap niat baik ada saja jalannya. Menurutnya, hal itu sudah ia buktikan karena ia seringkali bisa keliling menemui relawan tanpa modal tapi semua pertemuan bisa terwujud.

Pimpinan LD NU yang lahir pada tanggal 12 Agustus 1972 di Sumedang, Jawa Barat ini dikenal sebagai kyai muda yang progresif, toleran dan mempunyai kualitas spiritual. Putra dari pasangan Drs. H.Abdurrochim dan Hj. Lalih Halimah ini menempuh pendidikan dasarnya di Ma'had Baitul Arqom, Bandung Selatan, selama enam tahun.

Di tahun 1998, Maman mendirikan pondok pesantren Al-Mizan di Majalengka. Saat transisi dari Orde Baru ke Reformasi, KH. Maman Imanulhaq Faqih mulai aktif menjadi seorang mubaligh. Maman sering diundang menjadi dai di Majelis Taklim Hidayatullah Cirebon, Jawa Barat.

Pengasuh pondok pesantren Al-Mizan ini memang punya prinsip toleransi luar biasa. Di acara dialog "Kick Andy" yang ditayangkan di Metro TV bulan Juni 2017 lalu, Maman menyampaikan kata-kata yang sempat diprotes keras seorang netizen muslim. 

Saat itu Maman sedang menjadi bintang tamu di acara televisi yang dipandu oleh Andy F. Noya itu. Ini juga memantik kontra dari beberapa netizen lainnya. Padahal menurut saya, ucapan Maman saat itu bisa jadi motivasi setiap orang untuk berbuat baik, bisa jadi pendamai semua kalangan lintas agama juga. 

Di acara itu Maman memberikan pencerahan kepada semua pihak bahwa beragama dangan hanya melihat apa agama yang dianut tapi semestinya melihat kepada perilaku orangnya apakah jujur, setia, peduli sesama.

"Agama itu akan dilihat dari apa yang kita kerjakan, jangan lihat apa agamamu, tapi lihat apa yang dikerjakan temanmu pada saat itu, orang yang jujur, orang yang sholeh punya solidaritas sosial, punya dedikasi dan punya loyalitas, apapun agamanya, dia akan mendapatkan tempat yang terbaik disisi Alloh SWT," ucap Maman di dalam video yang banyak beredar di media sosial itu.

Tak lama setelah menyaksikan video itu seorang netizen bernama Mohammad Aflah memberikan komentar yang cukup emosional. Netizen yang mengaku sebagai anak kampong tersebut menganggap apa yang dinyatakan Maman itu jauh dari ajaran agama Islam. Dia bahkan menuding bahwa pernyataan Maman layaknya pernyataan biksu di agama Budha.

"Karena Islam tidak mengenal buah pemikiran Maman Imanulhaq Faqih, tidak berlebihan jika ada yang menganjurkan Maman Imanulhaq untuk meletakkan peci dan sorban-nya serta title kiai-nya yang disandang, dan bergantilah pindah menjadi biksu sebagai penganut agama Buddha yang baik," kata Aflah di akun facebook miliknya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun