Bagaimana Prosentase Indonesia dan Negara Terbesar Kasus "Bullying" Sebab dan Dampaknya?
Maraknya kasus bunuh diri akibat dari korban  "bully" menyebabkan bertambahnya tingkat kekerasan. Lalu bagaimana dampak yang diterima dari korban pembulian tersebut dan bagaimana aspek psikologis diterima korban tersebut. Apalagi banyak dari beberapa kasus diantaranya merupakan masalah dalam bidang pendikan.
 "Bullying" berasal dari bahasa inggris yaitu "bull" yaitu berarti banteng. Secara etimologi kata "bully" berarti penggertak, orang yang mengganggu yang lemah. Bullying dalam bahasa Indonesia disebut "menyakat " artinya mengganggu, mengusik, dan merintangi orang lain (Wilyani, 2012)
Bully dapat menyebabkan dampak bagi korban, mulai dari gangguan psikologis, trauma, bahkan tidak mau bergaul dan bahkan yang paling parah adalah kasus bunuh diri. Penyebab kasus pelaku bullying disebabkan oleh beberapa hal diantaranya adalah kurang perhatian dari orang tua yang menyebabkan menunjukan kemampuan dirinya dalam jalan kekerasan, keinginan berkuasa karena merasa dirinya kuat dan anggapan orang lemah pantas dibully.
Pola asuh dari keluarga yang menyebabkan pelaku bullying bersikap agresif hal ini dikarenakan berbagai alas an misalnya adalah tuntutan dari orang tua yang memebuat pelaku bullying tertekan dan melampiaskan ke orang lain, melihat perilaku kekerasan dari media lalu menirunya, pernah menjadi korban kekerasan, suka berkelahi dan memang pada dasarnya emosional, pubertas atau masa labil dimana munculnya permasalahan kehidupan remaja terutama dalam percintaan, keluarga, akademik.
Data pada tahun 2018 menurut komisisoner KPAI Retno Listyani kepada Tempo.co kasus kekerasan yang terjadi pada bidang  pendidikan dapat dipresentasikan sebagai berikut
Dari grafik tersebut terdapat 161 kasus , diantaranya digolongkan menjadi beberapa tipe yaitu pelaku tawuran, korban tawuran, pelaku bullying, korban bullying, korban pungli dll. Â Sehingga jika dirinci terdapat 23 korban tawuran, 31 kasus pelaku tawuran, 41 kasus pelaku bullying, korban bullying 36, dan 30 kasus kebijakan sekolah biasanya berupa pungli, dikeluarkan sekolah, dan putus sekolah).
Jika dilihat beberapa sisi bahwa kemungkinan kasus kekerasan yang didata hanya sedikit fakta yang ada di lapangan. Karena kasus bullying masih terjadi walau pada singkatnya belum dapat didata dan masih tahap kasus yang masih ditangani. Cara penanganan untuk pelaku bullying dapat berupa pemberian paham dan upaya menghilangkan dendam yang menjadi pemicu untuk membully orang lain yang di anggap lemah, menjengkelkan, iri terhadap korban bully yang dimiliki.
Hal ini didasarkan pada WHO yang menyebutkan juga per juli tahun 2019 dari ratusan juta penduduk di Indonesia hanya satu orang yang meninggal dunia akibat bunuh diri per 1 jam. Tapi jikalaupun bisa angka bunuh diri akibat bully berhasil diturunkan, agar terciptanya keamanan dan kedamaian ataupun kebebasan individu tanpa terkekang atau tertekan akan hal apapun.
Menurut Health Metrics and Evaluation (IHME),faktor yang menyumbang besarnya jumlah angka bunuh diri di Indonesia adalah depresi. Minimnya pendidikan mengenai kesehatan mental dan kebiasaan warga yang memandang buruk pasian depresi memperparah kondisi sehingga mendorong untuk bunuh diri.
Bagi pecinta drama korea selatan pasti pernah menjumpai drama yang menyajikan kisah pembullian yang ada di sekolah dengan plot berbeda-beda. Dari data tersebut sebenarnya mewakili masalah kekerasan yang tinggi di negeri ginseng tersebut yaitu maraknya kasus bully yang menyebabkan kasus bunuh diri.
Ternyata Korea selatan termasuk dalam 5 negara dengan kasus bunuh diri terbesar dari seluruh dunia.  Menurut laporan Kementerian  Kesehatan dan Kesejahteraan Korea selatan cara yang banyak digunakan untuk bunuh diri adalah lompat dari jembatan tinggi dan meminum racun. Berdasarkan data tahun 2019 rata-rata kematian 26,9 kematian per 100 ribu penduduk. Jepang masih dibawah Korea Selatan dalam hal ini yaitu per 2018 rata-rata angka orang yang bunuh diri di Jepang adalah 18.5 kematian per 100.000 penduduk.
Dampak biasanya dirasakan korban bully diantaranya yaitu
Depresi yaitu perasaan tertekan namun tidak bisa melawan yang menyebabkan depresi berkepanjangan.
Gangguan kecemasan, hal ini karena rasa serba salah selalu mengahantui dan menyebabkan rasa takut atau was-was dalam melakukan sesuatu.
Dampak fisik dapat berupa kesehatan yang semakin menurun, cedera, ataupun juga dapat cacat fisik
Menyendiri dan mengucilkan diri hal ini disebabkan pergaulan seakan tertutup dan tidak ada orang yang dapat dipercaya.
Rasa tidak aman di sekolah karena pengawasan guru yang tidak sepenuhnya seperti orang tua karena murid banyak
Konsep diri yang buruk karena efek trauma yang diterimanya sehingga menimbulkan perilaku yang kadang sama dengan pelaku bully.
Nilai menurun, hal ini dikarenakan rasa malas dan kurang konsistensi dalam belajar dan bahkan malas berangkat sekolah.
Sering kecewa dengan melabel dan anggapan dirinya merupakan anak yang buruk dan anak yang kurang beruntung
Terbatas hidupnya  sehingga mengasingkan diri karena terkukung frustasinya sendiri.
Tidak memiliki harga diri yaitu mengubah dalam dirinya menjadi orang lain, tidak sesuai jati diri.
 Menyepelekan orang lain, hal ini disebabkan sikap pengaruh dari pelaku bully yang menyebabkan semua orang tanpa memandang umur tidak berharga sama seperti  korban bully.
Ketakutan dimanapun korban bully berada rasa takut timbul jikalau ada kelompok atau pelaku bully datang dan melakukan tindakan kekerasan.
Ingin bunuh diri karena merasa dunia sudah tidak memberi ras kenyamanan dan tidak membuatnya ingin mengakhiri hidup agar tidak ada kesengsaraan yang dirasakan. Ini merupakan dampak psikologis puncak dari bully
Demikian penjelasan terkait pengaruh bully dan juga penyebab bully yang diberikan sajian data sebagai pendukung bahan dan perbandingan.