Mohon tunggu...
Lia Kurniawati
Lia Kurniawati Mohon Tunggu... Dosen - Realistis dan No Drama

Author - Founder Manajemen Emosi & Pikiran (MEP) Dosen Ilmu Komunikasi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menemukenali Anak-anak Istimewa

30 Agustus 2015   17:42 Diperbarui: 30 Agustus 2015   17:42 443
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="special needs"][/caption]

Pendidikan formal untuk menjadi seorang ayah dan ibu dalam pola pengasuhan anak sampai saat ini di Indonesia belum ditemukan,  hal ini berlangsung secara alamiah dimana setiap kelahiran anak dengan otomatis kedua orang yang telah menikah mempunyai tanggung jawab lebih terhadap individu baru tanpa dibekali dengan skill menjadi orangtua. Namun akhir-akhir ini berbagai seminar parenting mulai marak diselenggarakan itupun dirasa belum dapat menjangkau semua lapisan masyarakat karena event-event seminar tersebut umumnya diselenggarakan oleh pihak secara segmented.

Pada dasarnya anak-anak terlahir dengan potensi kecerdasan yang sempurna, setiap keterbatasan pada setiap individu pun Allah SWT. menjamin melebihkannya pada bagian yang lain. Setiap anak yang terlahir bagaikan kertas kosong hingga orangtua dapat menentukan sekaligus memberikan berbagai stimulus yang dapat memaksimalkan potensi anak. Tanggung jawab pendidikan anak-anak usia sekolah tidak hanya pada institusi resmi pada jenjang sekolah dasar sampai perguruan tinggi namun sejatinya menjadi tanggung jawab berbagai pihak.

Kewajiban utama manusia dimuka bumi ini adalah belajar dan hal itu berlaku tanpa tebang pilih baik individu dengan hambatan ataupun tidak.  Setiap kita tentunya pernah menjadi anak-anak, dengan berbagai pola asuh yang berbeda tentunya. Tidak sedikit orangtua mempunyai persepsi bahwa anak baik,  anak penurut dan diam ketika belajar, dan bersikap arogan ketika mendapati anak yang tidak sesuai dengan keinginan dan justru seringkali membuat funishment  dan melabeli mereka anak bodoh atau bahkan mengucilkan. Sebagai orangtua sekaligus praktisi pendidikan berikut saya paparkan mengenai menemukenali anak-anak istimewa dengan hambatan dalam pembelajaran yang ada dilingkungan sekitar kita hingga kita dapat memperlakukan mereka dengan tepat.

A. Anak dengan hambatan intelektual

Salah satu kategori anak dengan hambatan intelektual adalah anak lambat belajar dengan tingkat kecerdasan di batas ambang yakni dengan tingkat IQ 71-89. Untuk kegiatan keseharian, anak dengan lambat belajar tidak membutuhkan banyak bantuan, namun untuk kegiatan belajar, anak dengan lambat belajar membutuhkan bimbingan belajar dengan cara 5R yakni :

  1. Repeat (pengulangan)
  2. Reinforcement (penguatan)
  3. Reward (pemberian pujian)
  4. Recall (pemanggilan kembali materi yang sudah di pelajari)
  5. Remind (diingatkan)

Jenis lain hambatan intelektual adalah tunagrahita. UNESCO mencatat bahwa ada banyak istilah yang terkait dengan anak yang memiliki kecerdasan di bawah rata-rata antara lain : retardasi mental, cacat mental, gagal tumbuh, atau hambatan belajar yang parah (UNESCO: 2001b, 54). Anak yang memiliki kecerdasan di bawah rata-rata biasanya mengalami hambatan dalam perkembangan. Lebih lanjut disebutkan bahwa anak biasanya mengalami perkembangan yang lambat secara fisik, memiliki kemampuan intelegensi yang signifikan berada di bawah rata-rata dan disertai dengan ketidakmampuan dalam adaptasi perilaku. Tingkat intelektual anak dengan hambatan intelektual adalah :

  1. Ringan (IQ : 51-70) : Intermittent support (bantuan dipergunakan saat dibutuhkan ) mampu didik, dapat bekerja dan tidak ada kelainan fisik.
  2. Sedang (IQ : 36-51) : Limited support (bantuan dipergunakan secara konsisten, hanya pada waktu tertentu saja) mampu latih, penundaan aktifitas secara terbatas dan ada kelainan fisik bawaan.
  3. Berat (IQ : 20-35) : Ekstensive support (bantuan dipergunakan secara berkala pada lingkungan/situasi tertentu seperti di rumah), mampu rawat, tidak dapat kebersihan pribadi dan memiliki kelainan fisik.
  4. Sangat berat (IQ : di bawah 20) : Pervasive support (bantuan dipergunakan secara konsisten dengan intensitas yang sangat tinggi), mengalami keterbatasan atau tidak dapat bergerak sendiri dan bicara sangat terbatas.

 Karakteristik khusus anak dengan hambatan intelektual

  1. Perilaku tidak sesuai dengan usia (kekanak-kanakan).
  2. Sulit memahami hal yang abstrak.
  3. Sulit mengingat atau daya ingat lemah.
  4. Sulit mengikuti instruksi panjang/rumit.
  5. Sulit mengendalikan emosi.
  6. Ada yang memiliki wajah mirip.
  7. Ada yang bicara kurang jelas dan ada juga yang mengalami kesuitan bergerak.
  8. Di sekolah, nilai hasil belajar untuk semua pelajaran ada di bawah nilai rata-rata kelas.  

Cara membantu anak dengan hambatan intelektual 

  1. Butuh konsistensi dan pengulangan dalam belajar.
  2. Gunakan media konkrit yang menarik, dekat dengan kehidupannya.
  3. Beri instruksi pendek, jelas dan bertahap.
  4. Gunakan kalimat yang singkat dan bahasa sederhana.
  5. Membutuhkan pendampingan/pengawasan.
  6. Perlu pembiasaan.
  7. Koreksi langsung dan berulang.
  8. Belajar bertahap.

Cara membantu anak dengan kecerdasan di bawah rata-rata

  1. Butuh konsistensi dan pengulangan dalam belajar.
  2. Gunakan media konkrit yang menarik, yang dekat dengan kehidupannya.
  3. Beri instruksi pendek, jelas dan bertahap.
  4. Gunakan kalimat yang singkat dan bahasa sederhana.
  5. Membutuhkan pendampingan/pengawasan.
  6. Perlu pembiasaan.
  7. Koreksi langsung dan berulang.
  8. Belajar bertahap.

B. Anak dengan hambatan pemusatan perhatian/hiperaktif

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun