Mohon tunggu...
Leya Cattleya
Leya Cattleya Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - PEJALAN

PEJALAN

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

"Shape of My Heart" dan Kartu Jokowi

28 September 2019   08:03 Diperbarui: 30 September 2019   11:46 944
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aris Huang adalah lulusan master pada studi hubungan internasional dari the University of Melobourne dan sebelumnya adalah anggota dari Departeman Suti Indonesia pada Monash Unversity dan the University of Melbourne.

Memang, budaya Jawa yang masih dominan ini mempengaruhi gerak politik di Indonesia. Namun, seberapa banyak orang politik di Indonesia paham cara berpikir orang Jawa, mungkin itu perlu kesabaran. 

Mereka yang ada di dunia politik saat ini tampak bukan pemain yang tekun dan sabar. Lihat saja contoh menurunkan mahasiswa mahasiswi untuk 'berpawai' dukung revisi UU KPK. 

Itu nampak sekali lahir dari mentahnya cara berpikir bahwa masyarakat percaya mereka adalah suatu gerakan masyarakat yang berpikir dan sekaligus berjuang.

Mengutip catatan Aris Huang tentang karakter kekuasaan Jawa yang tidak terpisah dalam dunia politik adalah penting untuk dipahami. Bila politik barat melihat politik sebagai hal yang abstrak, yaitu hasil dari 'social intercourse' yang bertujuan agar pemegang kekuasaan menggerakkan orang lain, politik dengan filosofi Jawa adalah berbeda.

Kekuasaan dalam konteks budaya Jawa adalah kekuatan yang konstan di dunia ini, dan bukan hanya oleh kekuatan atas kepemilikan harta dan aset. Kekuasaan bisa ada dalam diri terdalam seseorang, yang diwakili oleh kekuatan sakral suatu obyek.

Kekuatan pemimpin Jawa adalah juga berbasis dukungan masyarakat yang besar. Kepercayaan akan adanya pusaka yang sakral yang akan melindungi keamanan dan keselamatan masyarakat adalah penting bagi seorang pemimpin. Pusaka itu Pancasila dan demokrasi Indonesia.

Dalam konteks terkini, saya membaca pusaka itu adalah Pancasila, anti korupsi, dan demokrasi.  Paling tidak, itu harapan saya. Kalau tidak itu, betapa kecewanya saya (dan jutaan rakyat Indonesia). 

Indonesia Sekarang dan Ke Depan

Terkait Pancasila, Jokowi jelas. Dalam hal Papua, perlu sekali komitmen negara dalam merespons isu dengan opsi opsi di luar hanya opsi militer saja.

Dalam hal KPK, Komisi Pemberantasan Korupsi, saya masih belum paham. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun