Mohon tunggu...
Leya Cattleya
Leya Cattleya Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - PEJALAN

PEJALAN

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Ketersinggungan Petani Garam Madura, Bukan "Sensi" Biasa

1 September 2019   13:09 Diperbarui: 2 September 2019   11:40 2242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Petani Garam Indonesia (Dokumentasi Pribadi)

Petani garam pada umumnya adalah kalangan masyarakat termiskin di daerah pesisir. Unyuk itu Pemerintah perlu serius membuat solusi. 

Pengalaman Panca Karsa, suatu organisasi masyarakat yang bekerja sama dengan Koperasi Annisa yang bekerja dengan perempuan petani garam di Lombok Tengah dan Lombok Timur mungkin bisa menjadi bahan pembelajaran. Kelompok ini menyadari bahwa menjual garam di pasar arus utama berarti masuk tergilas dalam kartel tanpa bisa dapat keuntungan. 

Petani garam ini mengadopsi teknologi Ulir (Technology of Ulir Filter atau TUF) untuk meningkatkan produksi yang lebih berkualitas. Ini memang mensyaratkan penyediaan biaya lebih besar untuk persiapan lahan.

Untuk itu, kelompok perempuan petani garam ini bekerja bersama dalam kerangka koperasi Annisa. Mereka mengembalikan cara kerja gotong royong yang dinamakan 'Besiru' untuk secara kolektif bekerja dalam produksi garam.

Besiru yang dilakukan secara bergilir ini bisa menyelesaikan dan mempercepat kerja petani garam. Metode ini adalah untuk menjawab kelangkaan sumber daya, khususnya sumber daya manusia.


Juga kelompok ini mengadopsi tungku ramah lingkungan di desa Kidang dan Bilelando.

Penulis di antara Perempuan Petani Garam Lombok Tengah yang Difasilitasi Koperasi Annisa dan Panca Karsa (Dokumentasi Pribadi)
Penulis di antara Perempuan Petani Garam Lombok Tengah yang Difasilitasi Koperasi Annisa dan Panca Karsa (Dokumentasi Pribadi)

Yang menarik, karena menyadari pentingnya upaya meningkatkan kehidupan ekonomi perempuan petani garam, Amag Juni, Amag Kendur, dan Amag Nilyati dari Lombok tengah dan Amaq Raman serta Amag Sani dari Lombok Timur rela menawarkan lahannya seluas masing masing 200 m2 untuk dipergunakan sebagai lokasi tungku yang bisa dipakai secara kolektif oleh perempuan petani garam sekitarnya selama 25 tahun ke depan.

"Kami rela berkontribusi untuk meminjamkan lahan agar perempuan petani bisa bekerja dengan baik. Tak ada yang meminta kami melakukannya. Saya percaya bahwa program Koperasi Annisa ini memang untuk kesejahteraan petani".

Kisah di atas disampaikan oleh sahabat saya, mbak Kasmiati, pemimpin organisasi Panca Karsa pada saat kami sama sama berkarya untuk program Kemakmuran Hijau yang didukung Millenium Challenge Account Indonesia (MCAI). 

Kelompok perempuan petani garam yang mengelola 124 hektar lahan garam di Kabupaten Lombok Timur ini memiliki harapan tinggi untuk dapat meningkatkan pendapatan melalui pengelolaan garam ramah lingkungan dengan teknologi dan enerji terbarukan. Berbagai pelatihan, termasuk di dalamnya pelatihan administrasi keuangan akan membuat kelompok ini lebih mampu mengelola usahanya dengan lebih baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun