Mohon tunggu...
Leya Cattleya
Leya Cattleya Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - PEJALAN

PEJALAN

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kita Pernah Loh Alami Masa Adiksi Komik!

16 Juni 2019   12:15 Diperbarui: 17 Juni 2019   11:01 759
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Komik pertama di Indonesia, Put On yang menjadi koleksi Museum Pustaka Peranakan Tionghoa (Kompas.com/Silvita Agmasari)

Namun, sebelumnya ada pula beberapa bentuk adiksi yang tidak dapat diduga sebelumnya.

Adiksi yang kemudian menjadi tren bukan barang baru. Coba kita tengok pada sesuatu yang kita pernah punya adiksi dan tren di masa yang lalu. Ternyata, dunia pernah memiliki adiksi pada beberapa hal.

Di awal abad 18, dengan makin kurangnya selera orang untuk membaca buku, muncullah Novel. Novel menjadi hiburan, yang kemudian memunculkan terminologi 'reading mania'. 

Penulis G Heinemann menuliskan tentang menurunnya kemampuan mata, munculnya gatal gatal di kulit, arthritis, asma, dan gangguan saluran pernapasan sebagai akibar dari adiksi pada novel. Hal ini tidak terbukti, pada akhirnya.

Koran Inggris menuliskan 'the Evil of Novel Reading' atau kejahatan membaca novel sejajar dengan kejahatan mabuk mabukan. Pada 1897, diberitakan bahwa seorang pendeta menyalahkan novel sebagai penyebab sifat korupsi secara moral dan berkontribusi pada kasus bunuh diri yang melanda Inggris.

Saat itu Novel romatis yang sentimental atau 'gothic' dianggap bertanggug jawab dalam menciptakan dan mendiseminasikan model adiksi yang ada di masyarakat. 

Yajoung Min, dalam desertasi doktoralnya mengulas tentang adiksi membaca Novel yang terjadi pada masyarakat Inggris di abad 18 menyampaikan bahwa adiksi adalah suatu konsep baru yang dibangun pada abad 18 untuk mengelola keresahan karena adanya budaya konsumsi yang meningkat. 

Novel adalah salah satu bentuk yang paling popular dilihat sebagai bagian dari budaya konsumsi pada masa itu (Duke Univesity, 2011). Keduanya menjadi komoditas yang efektif, meski melalui media berbeda, untuk menggambarkan apa adiksi itu.

Di antara kita mungkin memiliki pengalaman membaca begitu banyak novel. Memang terdapat banyak buku lain seperti, Sarinahnya Soekarno, Di Bawah Bendera, dan buku sastra Ibu saya, namun, tentu saya melirik juga novel novel ibu saya. Karena di rumah saya terdapat ratusan novel Pearl S Buck, Barbara Cartland, Sidney Sheldon, Agatha Cristie dan Nick Carter milik ibu saya, saya juga santap hampir semuanya. Ibu saya sembunyikan novel Nick Carter. Ibu saya berkata " itu bukan untukmu". Lha...Ini terjadi di sekitar akhir tahun 70-an.  

Di Amerika diberitakan di koran bahwa Pentz dan McCollough ditangkap ketika mereka mencuri kotak uang di 1883. Karena ini melibatkan tembak menembak, polisi mengkaitkannya dengan kegemaran mereka membaca novel yang biasanya dijual dengan harga 1 Dime. Sebutan 'One Dime Novel' menjadi dikenal pada Novel murah yang saat itu ada. Sering kita dengar soal Novel picisan? Nah itu dia. 

Adiksi yang juga menarik adalah apa yang melanda kalangan masyarakat Amerika pada kehadiran komik. Ini terjadi di sekitar tahun 1938 sampai dengan 1954, yang disebut sebagai jaman keemasan komik. Komik awalnya ada secara rutin di koran. Pembaca mengkoleksinya. Kemudian ini berkembang menjadi bisnis dari parapenerbit. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun