Mohon tunggu...
Leya Cattleya
Leya Cattleya Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - PEJALAN

PEJALAN

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Selamat Hari International Pendidikan, Perjalanan dari Babilonia ke Pasca Milenial

24 Januari 2019   12:20 Diperbarui: 25 Januari 2019   06:02 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pasca Milenia (Foto : Time Miagazine)

Selamat Hari Internasional Pendidikan !

Ucapan ini saya tujukan kepada para murid, guru serta orang tua, para pendahulu yang membangun sistem pendidikan dan mereka yang saat ini masih bergiat di dunia pendidikan. Saya pernah menjadi guru selama lebih dari sepuluh tahun, dan saya merasa memiliki kewajiban untuk melihat kembali perjalanan panjang bidang pendidikan dalam peradaban kita. 

24 Januari 2019 adalah peringatan Hari Pendidikan Internasional yang pertama. Pada hari ini kita merayakan pendidikan sebagai bagian dari upaya perdamaian dan pembangunan dunia. 

Peringatan ini hendak pula menekankan bahwa pendidikan adalah hak asasi manusia, merupakan barang publik (artinya bukan barang ekonomi yang harus bayar) dan pendidikan merupakan tanggung jawab publik. 

Pada akhirnya, pendidikan berkualitas adalah untuk semua dan dipercaya bahwa pendidikan akan memotong rantai kemiskinan.

Ini mandat publik yang luar biasa. Dan tentu tidak mudah bagi kita semua. Kenyataan tentang data 2017 masih menunjukan bahwa sekitar 262 juta anak dan remaja di dunia tidak sekolah, dan 617 juta anak dan remaja tidak bisa membaca. 

Kurang dari 40% anak perempuan di Sub-Saharan Afrika hanya menyelesaikan pendidikan dasar. Empat juta anak anak tidak sekolah. Artinya, janji kita tak terpenuhi. Artinya, hak untuk mendapatkan pendidikan dilanggar.

Realitas di tingkat global ini mengingatkan saya pada situasi di pengungsian akibat gempa beruntun yang terjadi di Lombok Timur akhir akhir ini.

Pada 2 September 2018 saya berniat menengok kawan karib saya, Zicko, Ketua Gema Alam NTB yang sejak peristiwa gempa Lombok pada tanggal 29 Juli 2018 telah mendampingi penyintas. 

Kawan kawan melakukan dengan segenap tenaga yang mereka miliki dan tanpa dukungan dana dari pihak lembaga manapun. Pada tanggal 2 September 2018 itu, kami sempatkan untuk berkunjung ke 5 titik paling terdampak dan bertemu dengan penyintas. 

Situasi di lapang membuat saya tidak bisa tidur. Ini situasi yang serius. Karena kurangnya dukungan para pihak kepada para penyintas gempa di Lombok Timur, membuat saya perlu tinggal cukup lama dan bolak balik ke Lombok Timur sampai dengan Desember 2018. Saya harus meninggalkan keluarga untuk lakukan ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun