Apa aku terlalu keras dan kasar dalam menggigit permen karetku sendiri hingga rasa manisnya begitu cepat hilang?
"mmm, ide bagus. Aku dukung kamu kok say" jawabku terus mencoba membuat diriku se-relax mungkin. "ngga gitu, Rik" jelasnya lagi menatapku tajam. "aku ga punya banyak waktu buat kamu, aku mau sendiri dan fokus pada karirku" jelasnya lagi.
"haha, selama ini aku ga ganggu kamu kan say, ya.. Ya silahkan kamu fokus sama karir kamu"
"Riko, aku mau kita putus"
Kalimat kesekian kali yang mungkin sudah berhasil meremukkan jantungku. Kenapa? Kamu yang melepas tapi aku yang merasa kehilangan, kenapa seakan-akan aku berjuang sendirian mempertahankan hubungan yang jelas sama sekali tidak ada kata 'saling' diantara kami.
"aku terlalu sakit hati membiarkanmu selalu menungguku, aku melepasmu demi kamu menemukan cinta yang baru" Anggun menundukkan kepalanya seperti menyembunyikan sesuatu. Anggun, sebelum kau memilih melepas dan pergi meninggalkanku, kau harusnya tau. Kau memberiku arti dari kata sakit hati sebenarnya dari apa yang sudah kau tahu.
Apa obsesimu untuk menjadi seorang penyanyi benar-benar membuatmu mampu melepas aku? Mungkin memang salahku, kini memang saatnya bagiku untuk membuang permen karet ini dan menggantinya dengan yang baru.
"kamu hanya perlu terbiasa dengan apa yang seharusnya terjadi" Anggun kembali mengatkan apa yang ingin ia katakan tanpa menungguku untuk mengatakan sesuatu. Aku hanya mampu mengangguk, entah mengapa aku sama sekali tak bisa mengusik apa yang akan membuatmu bahagia. Memang aku sama sekali tak merasakan kebenaran dalam kalimat 'kamu bahagia, aku ikut bahagia', tapi keputusanmu memang membuatku harus percaya bahwa bulan tak bisa menciptakan keindahan jika bukan dalam kegelapan.