Mohon tunggu...
Lewi Meilani
Lewi Meilani Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Instagram: Lewikse Ask.fm: Lewikse

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kalimat-kalimat Sederhana

17 Agustus 2014   06:54 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:21 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Keheningan malam berkumpul bergerumul menyelimuti seluruh tubuhku, suara banyak orang dan setiap suara derungan motor dan mobil begitu terngiang jelas datang dan pergi ke telingaku.

Mungkin itu semua juga dirasakan oleh Anggun yang kini duduk manis di hadapanku dengan rambutnya yang terus menerus bergerak tertiup angin.

Kedinginan malam ini sama sekali tak bisa mengalahkan rasa rindu yang begitu lama membara pada sosok yang sudah lama sekali ku nanti disetiap waktunya. Bahkan bibir dan sekumpulan jari jemariku terasa kaku dan enggan untuk melakukan sesuatu, begitu terasa kehangatan yang dulu hadir setiap kali kami saling menatap kini hilang. Canggung bagaikan orang yang sengaja bertemu untuk pertama kalinya.

"apa ga kemaleman minta ketemu jam segini?" tanyaku dengan pelan, kalimat yang pertama kali keluar dari mulutku setelah beberapa menit lamanya kami saling berhadapan tanpa sepatah katapun keluar dari mulut kami. Anggun menatapku dengan wajahnya yang selalu terlihat manis walaupun sama sekali tak memperlihatkan sudut ke sudut bibirnya yang melengkung manis.

Betapa sangat kurindukan untuk menatap dua bola mata yang selalu menatapku dengan hangat, Anggun sama sekali tak menjawab pertanyaanku dan bahkan ia sama sekali belum mengeluarkan sepatah katapun selain senyuman tipis yang ia perlihatkan ketika ia melihatku datang menghampirinya. "waktu luang kamu jam seginian ya?" kataku lagi sambil tersenyum. Anggun hanya membalas senyumanku.

"Aku kangen kamu sayang" kataku sambil tersenyum manja dan mencubit pipi merahnya. Ahh, bahkan aku baru menyadari. Di mana wajah polos itu? Anggun, untuk apa kau mewarnai wajahmu seperti itu. Di mana bibir pinkmu? Ada apa dengan bibir merah lebammu? Kau sama sekalim tidak cantik, Anggun.

"kamu bilang kamu suka doa-in aku. Makasih banyak Riko, tinggal satu langkah lagi loh perjuangan aku" Anggun terusenyum renyah sembari menggenggam tangan kananku dengan kedua tangannya. "cie seneng banget" aku mengacak poni Anggun yang kini sama sekali tak dapat ku bedakan mana poni mana rambut panjangnya.

"tapi kamu sibuknya ampe sama sekali ga ada waktu buat aku, Anggun" aku mencoba serius untuk kali ini. Anggun menatapku. "Riko, bentar lagi kamu bakalan sering liat aku di tv. Kamu juga bakal sering denger suara aku di tv maupun radio, bahkan aku yakin kamu juga pasti koleksi lagu-lagu aku di hp kamu, ya kan?" tanyanya sambil melihat manja padaku.

Percuma, aku ingin memelukmu Anggun. Aku ingin selalu ada dekatmu, bukan melihat gambarmu atau suara palsumu. Aku ingin mendengar asli suaramu. Apa harus aku meminta Tuhan untuk menggagalkan rencanamu?

"maaf sekali aku harus mengatakan ini, tapi..." aku tetap membuat diriku terlihat tenang saat mendengar kalimat itu keluar dari mulut Anggun, walau sesungguhnya perasaan dihatiku berkecamuk tak siap untuk menangkap kalimat yang akan dilanjutkan oleh Anggun. "aku lebih ingin fokus pada karirku ketimbang hubungan kita" lanjut Anggun.

Kenapa kalimat sederhana itu bisa mencabik-cabik perasaanku dan membuat tubuhku semakin terasa terkapar lemas di kursi yang kududuki ini. Kenapa Anggun?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun