Mohon tunggu...
Lewi Meilani
Lewi Meilani Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Instagram: Lewikse Ask.fm: Lewikse

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Pejantan Babi

26 Oktober 2014   03:10 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:43 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hmm, semuanya berawal ketika tubuhmu berdiri manis membelakangiku.

Punggungmu yang sama sekali tak pernah terpikirkan olehku untuk selalu kurindukan dan selalu ingin aku melihatnya hingga saat ini, menyambut bersamaan dengan wajah yang menoleh secara perlahan…

Membuat mataku dan matamu saling bertemu dan tak lama terlepas kembali.

***

Hari berganti hari dan waktu berjalan terus.

Terlalu sering kita bersama, bahkan kamu selalu ada ketika aku ingin di sisimu ataupun tidak sekalipun. Banyak hal yang kita lalui bersama, kau membuatku bertanya..

Apa yang sedang kau lakukan padaku?

Mengapa kau begitu padaku?

Untuk apa semua ini?

Dan, aku yang saat itu sudah mulai dibuat jatuh cinta olehmu akhirnya tak lepas dari kata menganggap bahwa apa yang kita jalani ini adalah cinta.

Perasaan itu datang bersamaan dengan kenyamanan yang selalu kau berikan.

Aku menyukai caramu menatapku, aku menyukai caramu memudahkanku, aku menyukai gombalan yang keluar dari mulutmu, aku menyukai caramu membuatku tertawa, aku mulai menyukai semua tentangmu.

Kamu benar-benar jantan. Kamu benar-benar sudah terlatih menjadi seorang lelaki penarik hati.

Bahkan untuk meninggalkan malam dan menghentikan waktu sejenakpun sulit dan sedikit enggan.

Ha ha..

Apa kamu dapat merasakan bahwa semuanya berubah begitu dan terlalu cepat?

Saat itu, bukankah kita sama sekali tidak saling peduli?

Saatitu, bukankah kita sibuk dengan diri kita sendiri?

Saat itu, bahkan untuk mengucap nama, menatap, tersenyumpun tidak kita lakukan.

Bodohnya aku bertanya pada diriku sendiri.

Apa yang membawamu masuk ke dalam hidupku?

Apa yang menjadikanmu cinta di hidupku?

Dan, apa yang membuatku menganggap bahwa kamu adalah cinta?

Ha ha..

Bukankah ini lucu?

Karna aku sendiri yang menjawab semua pertanyaan itu dan kemudian menyimpulkan bahwa kau mencintaiku. Dan lagi aku semakin yakin bahwa kau mencintaiku karna seiring berjalannya waktu bersamaan dengan alunan-alunan lagu kita, kenyamanan kita dalam berbicara dan menatap, setiap pesan-pesan singkat yang selalu membuatku tersenyum dan menunggu, secangkir kopi yang selalu menemani dan membuatku kuat untuk tetap menatapmu, api, angin, bulan, aku, kamu, dan malam.

Terus terang kamu dan semuanya itu membuatku jatuh cinta.

Aku jatuh cinta. Aku jatuh cinta. Terus terang aku jatuh cinta!

Aku sudah yakin bahwa semua itu adalah cinta hingga akhirnya aku ingat dan sadar, bahwa sesungguhnya kau sudah lebih dulu memiliki cinta dan cinta itu bukanlah aku.

Aku mulai takut dan aku mulai sadar bahwa aku adalah wanita jahat yang sudah mengganggu cintamu.

Dan semakin itu terjadi, entah mengapa… Mulai muncul perasaan bahwa aku tak mau kehilangan kamu.

Resah, gelisah, takut. Perasaan-perasaan itu memenuhi hatiku dan membuatku teringat pada sang pencipta.

Aku mulai membawa namamu dalam doa disetiap lipatan tanganku. Manisnya adalah Tuhan tidak pernah mengabaikannya.

Ketika aku meminta Tuhan agar kau menghubungiku, Tuhan memberikannya.

Ketika aku meminta Tuhan untuk menunjukan hubunganmu dengannya yang sebenarnya, Tuhanpun menunjukan itu.

Kau tahu betapa lega dan bahagianya aku saat itu ketika melihat kalian sudah sama-sama menghapus nama dan lambang cinta? Dan hal itulah yang benar-benar membuatku sangat teramat dan semakin yakin lagi untuk memberi hati ini sepenuhnya dan seutuhnya padamu.

Aku sama sekali menjadi tak terbebani untuk memperlihatkan dan menyampaikan rasa ini padamu.

Bahkan untuk menyentuhmu.

Hati ini, perasaan ini sudah seutuhnya kupercayakan padamu.

Aku sudah benar-benar mencintamu secara utuh.

Seiring berjalannya waktu bersamaan dengan semua kemanisan tentang kita dalam doaku, Tuhan yang tidak pernah mengabaikan doaku membuatku kecanduan untuk mendoakan yang terbaiktentang kita. Aku terlalu egois dalam merangkai kata dalam doaku, sama sekali aku tak pernah mendoakan tentang perasaanmu dengannya.

Semakin aku bahagia semakin sering aku berdoa dan Tuhanpun menunjukan semuanya.

Ternyata cinta membuatku terlalu mudah percaya.

Kalian masih memiliki cinta. Kalian masih bersama. Kamu sudah membagi cinta.

Sakit.

Menyudahi cinta itu tidak mudah. Mengakhiri itu sulit. Begitupun kamu, seharusnya aku mengerti dari awal. Bukan hal yang mudah untukmu meninggalkan cinta yang sudah lama kamu miliki hanya untuk manusia baru yang hadir dalam hidupmu. Aku tahu itu.

Selama ini aku merasa dicintai.

Sekarang, aku merasa dicintai dan dibohongi.

Aku terlalu bodoh membiarkan ini terjadi dan bermain terus. Berulang kali.

Kamu masih selalu ada dalam lipatan tanganku.

Aku masih butuh kepastian tentang cinta yang abu-abu ini.

Sejauh mana kau akan membawaku?

Sejauh mana aku akan menunggumu?

Sejauh mana aku akan membiarkanmu bermain dalam hidupku?

Atau.

Kebenaran yang sebenarnya masih dalam proses pertunjukan.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun