Mohon tunggu...
Levina Litaay
Levina Litaay Mohon Tunggu... Insinyur - Simple, smart, sportive

Community base development, complex problem solving, event organizer

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Rumahku di Tanah Vulkanis, Tersisih dan Terlupakan!

29 Maret 2023   01:12 Diperbarui: 30 Maret 2023   13:04 2188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 1. Deretan rumah di kampung baru Mesa Pulau Teon – berjejer rumah Kel. Rijoly ,rumah Kel. Litaay, rumah Kel. Melaira (dok. pribadi)

Lakpona adalah tempat bertemu warga kampung untuk mengadakan pertemuan, tempat makan bersama atau kegiatan lainnya.

Pada waktu kedatangan di pulau menjelang subuh tanggal 14 November 2021, nampak keletihan semua warga sehingga ada yang harus tidur pada teras gereja ataupun pada pasir halus yang digelar di arena acara maupun berlindung di bawah tenda acara.

Di samping itu ada tenda pribadi yang dipasang oleh Mona Rijoly dan tenda di tempat rumah Keluarga Litaay. Akibat angin dan hujan maka tenda tersebut ada yang roboh dan kedinginan sehingga harus dipindahkan pada tenda terpal di area rumah Keluarga Relmasira yang sementara dibangun.

Gambar 3. Tenda, tenda terpal , dapur umum, warga tidur di Lakpona,walang maupun tidur di pasir pantai beralaskan kain. (dok. pribadi)
Gambar 3. Tenda, tenda terpal , dapur umum, warga tidur di Lakpona,walang maupun tidur di pasir pantai beralaskan kain. (dok. pribadi)

Memperhatikan rumah hunian di Kampung Mesa, hampir semua di bangun dengan konstruksi bambu dan kayu atau papan, yang terlihat permanen dengan atap seng hanya rumah John Melaira dan Emes Rijoly.

Bagi rumah yang masih sederhana dengan atap dari daun kelapa maka kebocoran terjadi jika hujan datang karena bangunan telah dibangun begitu lama. 

Pembicaraan penulis melalui Radio HF/SBB tanggal 22 Maret 2023 dilaporkan oleh Kepala Kampung Mesa bahwa sedang dilakukan pengerjaan pergantian atap daun kelapa pada 5 (lima) rumah yaitu rumah milik Benny Relmasira, Tobby Rijoly, Tinus Worinlipa, Minggus Melaira dan Monti Kurmasela.

Tampak dalam menyambut tamu undangan dibangun juga toilet yang digunakan bersama. Ada beberapa yang terlihat baru dibuat yaitu pada sudut rumah Keluarga Relmasira yang sementara dibangun dan di dekat penampungan di bekas gedung GKRI, sedangkan satu toilet dibangun juga ditanjakkan menuju ke perigi atau sumur Pantai Air. Serta satu MCK seadanya dibangun di dekat sumur Pantai Air.

Gambar 4. Toilet yang dibangun di area rumah Keluarga Leunupun tepat di ujung jalan setapak kampung baru menuju tanjakkan ke sumur (dok. pribadi)
Gambar 4. Toilet yang dibangun di area rumah Keluarga Leunupun tepat di ujung jalan setapak kampung baru menuju tanjakkan ke sumur (dok. pribadi)

Berjalan dari satu rumah ke rumah lainnya adalah upaya mendokumentasi hunian, sambil penulis berpikir bahwa bukankah ini pulau gunung api? Bagaimanakah rumah-rumah ini bertahan terhadap sejumlah guncangan atau getaran jika terjadi gempa berkali kali? Karena mereka hidup di atas lintasan Ring of Fire.

Berdasarkan laporan National Geographic pengertian Ring of Fire adalah Cincin Api Pasifik atau Lingkaran Api Pasifik yakni daerah pertemuan lempeng-lempeng tektonik yang menjadikan wilayah yang terlewati jalur Ring of Fire sering mengalami gempa bumi hingga letusan gunung berapi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun