Mohon tunggu...
Levina Litaay
Levina Litaay Mohon Tunggu... Insinyur - Simple, smart, sportive

Community base development, complex problem solving, event organizer

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Tips Menghalau Jetlag dan Kebosanan pada Masa Karantina 10 Hari

29 Desember 2021   12:01 Diperbarui: 29 Desember 2021   18:46 1164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi mengalami kebosanan saat menjalani karantina. Sumber: Kompas.com

Rasa ngantuk hebat didera oleh adik saya, dia masih berjuang melakukan kerjaannya karena bekerja berbasis data di awan (cloud hosted database) dan di depan laptop ber jam-jam. Self mecanism tubuhnya masih jetlag, membuatnya tidur panjang siang hari dan mengganggu waktu 'melek' untuk bekerja dan terkadang hingga jam 6 pagi.

Koneksi internet yang dijanjikan pihak hotel Up to 20 MBps pada aktualnya rata-rata berkisar 15-16 MBps. Not bad lah sehingga dapat bekerja secara remote  dengan big data tanpa kendala berarti.

Posisi meja laptop arah tembok, sehingga jika lelah mata beranjak ke jendela, melihat pemandangan yang bisa di gapai dibalik kaca "mati" hotel alias kaca jendela yang tidak bisa dibuka. Sedikit terhibur jika melihat hunian apartemennya sejauh mata memandang. 

Hal yang dirasa sangat mengganggu adalah petugas hotel yang selalu mengetuk pintu. Dalam sehari 4 kali pintu diketuk pada jam 6:30 - 7.00 am breakfast, jam 12.00 pm lunch dan jam 5.00 pm laundry serta  jam 6:30 - 7.00 pm dinner.

Sejak awal adik saya melayangkan komplain ke resepsionis bahwa dia bekerja dengan zone waktu yang berbeda sehingga baru tertidur pagi harinya, Ketukan itu cukup keras dan sering mengagetkan. Terkadang dia berteriak dari dalam "masih tidur taruh aja di kursi mas,thank you" karena sesungguhnya masih ditempat tidur .

Kursi didepan kamar untuk meletakan makanan (dok.pribadi)
Kursi didepan kamar untuk meletakan makanan (dok.pribadi)

Berulang kali disampaikan ke petugas  room service, tetapi terus terjadi dan yang diingatnya hanya sekali saja ketika pengantar sarapan tidak mengetuk pintu. Ketika itu, sekitar  jam 8.00 di telepon resepsionis mengingatkan bahwa sarapan sudah di taruh di kursi. Untuk urusan laundry hanya ketuk namun cucian digantungkan di handel pintu, jadi petugas tidak bertemu muka dengan tamu.

Hotel ini sekalipun bintang 4 di kawasan TB Simatupang tetapi pintu kamar belum dilengkapi door bell sehingga  harus mengetuk. Timbul pikiran dalam hati adik saya, jangan-jangan ini SOP yang harus dilakukan untuk meyakinkan di pagi hari tamu karantina  tidak ngabur atau apakah masih ada/hidup di kamar, pikirnya. Kebetulan posisi kamar adik saya di depan fire exit door. 

Di sisi lain, untuk makanan menu yang dipilih western food tanpa seafood udang karena alergi. Cukup baik dan bervariasi. Bahkan  takaran menu dianggap banyak bagi adik saya. 

Menu Breaksfast karantina ( dok.pribadi)
Menu Breaksfast karantina ( dok.pribadi)

Terkadang harus disimpan sebagai snack antar waktu makan jika lapar menyerang. Karena  masih melakukan aktivitas  maka rasa lapar diganjal dengan mengkonsumsi buah atau yogurt dari menu yang disingkirkan atau disimpan di kulkas. Tak luput coklat ole-ole dalam bagasi dibongkar untuk mengcover rasa lapar dan bosan. Adik saya sampaikan bagusnya ada snack mungkin kacang, kripik atau lainnya untuk dikunyah ketika belum jam makan tiba. Bisa-bisa ole-olenya berkurang nich, akibat dimakan untuk mengganjal perut kata adik saya he he.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun