Namun esok pagi, ia kembali bangkit. Karena tak ada waktu untuk luka.
Diukur dari Apa yang Bisa Diberi, Bukan dari Apa yang Ia Rasakan
Masyarakat menakar lelaki dari apa yang ia hasilkan---penghasilan, rumah, kendaraan, kemapanan. Tak peduli seberapa keras ia berjuang, jika tak tampak hasilnya, maka ia dianggap gagal.
Ia menunda mimpinya demi impian orang lain. Ia membungkam keinginannya demi kebutuhan rumah tangga. Ia memotong keperluan pribadinya agar anak bisa sekolah, agar istrinya bisa bahagia. Tapi ketika penghasilannya menurun, tudingan datang lebih dulu daripada pelukan.
Tak ada yang tahu, betapa ia telah berdarah hanya untuk tetap berdiri.
Beban Batin: Karena Lelaki Tak Punya Tempat Aman untuk Menangis
Lelaki sering kali bukan tak mau bercerita---ia hanya tak tahu kepada siapa. Ketika ia bicara, ia ditertawakan. Ketika ia rapuh, ia dicibir. Maka ia belajar untuk diam. Menyimpan luka di dada. Menangis dalam hati.
Ia bisa tampak tenang, tapi di dalamnya badai tak henti. Ia bisa terlihat kuat, padahal sedang hancur perlahan. Ia bisa jadi suami yang baik, ayah yang hadir, tapi siapa yang hadir untuk dirinya?
Ia rindu didengar. Rindu dipeluk tanpa harus menjelaskan segalanya. Tapi rindu itu hanya ia titipkan pada malam.
Menjadi Rasa Aman, Meski Tak Lagi Nyaman dengan Dirinya Sendiri
Lelaki harus jadi bahu tempat bersandar. Harus tenang saat yang lain gelisah. Harus tersenyum saat semuanya menangis. Ia memberi rasa aman, meski dirinya sendiri tak tahu kepada siapa ia bisa merasa aman.
Tatkala hidup tak berpihak, ia tetap berdiri. Ketika gagal, ia menampung pedih dalam dada. Ketika cemas, ia menyelipkannya dalam lelucon. Depresi pun dibungkus dalam kalimat sederhana: "Capek, tidur dulu."
Ironisnya, dunia justru bangga pada ketegarannya. Padahal ketegaran itu bisa jadi hanya bentuk lain dari kesepian.
Refleksi: Lelaki Tak Selalu Butuh Solusi, Kadang Hanya Butuh Dimengerti
Lelaki tak selalu ingin disuruh bangkit. Kadang ia hanya ingin diizinkan duduk. Ia ingin dicintai meski tak sedang berjaya. Ia ingin dipahami tanpa harus menjelaskan.