Mohon tunggu...
Leumara Creative
Leumara Creative Mohon Tunggu... Chef de Cuisine

Seorang Kuli Wajan yang baru Belajar untuk Menuangkan secuil kisah dan pengalaman lewat tulisan, karena di semesta ini "TRADA YANG TRA BISA". Semoga karya tulisan ini menjadi harta yang tak pernah hilang ditelan zaman.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Ketika Wakil Rakyat Lupa Siapa yang Diwakilinya

12 April 2025   22:06 Diperbarui: 13 April 2025   07:43 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Warga Eavkuasi Pohon yang Menimpa Jalur Kabel PLN (foto: dokumen pribadi)

Dipilih untuk mendengar, tapi lebih sering membisu. Di mana suara mereka saat kita paling membutuhkan?

Di balik megahnya gedung DPRD dan sejuknya ruang rapat ber-AC di Lewoleba, ada desa-desa di Kecamatan Omesuri dan Buyasuri---yang dikenal sebagai wilayah Kedang---yang saban hari hidup dalam gelap. Bukan karena matahari tak terbit, tapi karena listrik yang terus padam tanpa peringatan. Tanpa kejelasan.

Sementara itu, rakyat menatap langit gelap dari rumah-rumah mereka yang sunyi. Satu-satunya yang mereka miliki hanya harapan: bahwa para wakil yang mereka pilih---delapan orang dari Kedang---akan bersuara dan membela nasib mereka.

Tapi yang terdengar justru sunyi.


Kedang dalam Kegelapan: Ketika Alasan Tak Cukup

Pemadaman listrik di Kedang bukan masalah baru. Ini masalah lama yang dibiarkan terus berulang. PLN beralasan, jalur listrik terganggu oleh ranting pohon: kemiri, kelapa, pisang, dan berbagai pohon lain yang tumbuh di sekitar tiang-tiang dan kabel saluran listrik.

Masalah teknis? Bisa jadi. Tapi masalahnya bukan sekadar itu.

Pemadaman dilakukan sepihak. Tanpa pemberitahuan. Tanpa koordinasi. Tanpa sosialisasi kepada masyarakat. Ini bukan sekadar gangguan teknis, ini bentuk buruknya manajemen komunikasi publik dari lembaga negara yang seharusnya melayani, bukan menyulitkan.

Masyarakat tidak anti-tebang. Mereka paham, demi lancarnya listrik, pohon-pohon yang menghalangi jalur memang harus disingkirkan. Tapi persoalan muncul ketika PLN enggan membicarakan solusi ganti rugi. Pohon kemiri dan kelapa bukan sekadar tanaman---itu aset. Itu sumber pendapatan utama keluarga.

Yang jadi pertanyaan mendasar:

Apakah PLN sebagai BUMN tidak memiliki skema atau anggaran untuk kompensasi pohon rakyat yang harus ditebang demi kepentingan publik?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun