Mohon tunggu...
Leumara Creative
Leumara Creative Mohon Tunggu... Chef de Cuisine

Seorang Kuli Wajan yang baru Belajar untuk Menuangkan secuil kisah dan pengalaman lewat tulisan, karena di semesta ini "TRADA YANG TRA BISA". Semoga karya tulisan ini menjadi harta yang tak pernah hilang ditelan zaman.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Napas Terakhirku: Sebuah Renungan tentang Kehidupan

5 April 2025   09:42 Diperbarui: 5 April 2025   09:42 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nafas Terakhirku (Image by Canva)

Mengetahui bahwa napas terakhir tidak bisa dihindari seharusnya membuat setiap napas hari ini terasa berharga.

Setiap tarikan napas adalah hadiah. Kesempatan untuk menyayangi, untuk memaafkan, untuk bermimpi, dan untuk mengatakan hal-hal yang terlalu lama kita pendam.

> "Live as if you were to die tomorrow. Learn as if you were to live forever."

Hiduplah seolah kamu akan mati besok. Belajarlah seolah kamu akan hidup selamanya.

--- Mahatma Gandhi

Sampai saat terakhirku tiba, aku ingin hidup sepenuhnya. Aku ingin memeluk lebih banyak, tertawa lebih keras, menangis tanpa malu, dan mencinta tanpa syarat.

Aku ingin menciptakan kehidupan yang, saat aku menutup mata untuk terakhir kalinya, aku bisa berkata:

"Terima kasih, aku telah hidup. Sungguh hidup."

Napas Penggenapan, Bukan Penyesalan

Aku tak tahu kapan napas terakhir itu akan datang. Tak ada seorang pun yang tahu. Tapi aku tahu satu hal---aku tak ingin menunggu saat itu untuk menyadari betapa berharganya hidup ini.

Aku ingin menjadikan setiap hari sebagai ungkapan syukur, setiap kata sebagai benih cinta, dan setiap napas sebagai perayaan kehidupan.

Karena ketika saat itu tiba, aku ingin menutup mataku dalam damai. Bukan dalam ketakutan. Tapi dalam penerimaan. Dalam rasa cukup. Dan dalam cinta.

> "Let me not die while I am still alive."

Jangan biarkan aku mati saat aku masih hidup --- Rabindranath Tagore

Pada akhirnya, hidup bukan soal berapa lama kita bernapas, tapi seberapa dalam kita menghidupi setiap detiknya. Napas terakhir bukanlah sebuah akhir yang menakutkan, melainkan momen suci yang memanggil kita untuk menghargai setiap detik yang masih tersisa. Maka sebelum tiba saat itu, mari kita hidup sepenuhnya---dengan kasih yang tulus, kebaikan yang tak kenal pamrih, dan kehadiran yang berarti bagi sesama. 

Karena saat napas terakhir itu diambil, biarlah ia menjadi napas penuh makna... napas dari jiwa yang benar-benar telah hidup.


Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun