Apa yang Akan Kita Bawa?
Ketika napas terakhirku tiba, aku tahu aku tidak akan membawa hartaku, rumahku, atau segala yang kuperjuangkan mati-matian. Yang akan tinggal bersamaku hanyalah memori:
Wajah-wajah yang kucintai, tawa-tawa yang kubagikan, air mata yang kurelakan jatuh, dan kebaikan yang kuselipkan dalam diam.
Yang penting bukanlah berapa banyak yang kumiliki, tapi siapa yang pernah kutemani. Bukan seberapa tinggi aku naik, tapi berapa banyak tangan yang kugandeng sepanjang perjalanan.
Aku ingin napas terakhirku membawa rasa cukup. Bukan cukup harta, tapi cukup cinta. Cukup tertawa. Cukup menangis. Cukup memeluk. Dan cukup mengatakan, "Aku sudah memberi hidupku dengan sepenuh hati."
Kesibukan yang Menipu
Dunia memaksa kita untuk sibuk. Untuk cepat. Untuk mengejar sesuatu yang sering kali tidak kita mengerti. Kita jadi lupa berhenti. Kita lupa menikmati momen sederhana: secangkir teh di pagi hari, angin sore yang menyapa lembut, senyum kecil dari orang terkasih.
Kita menunda banyak hal penting karena merasa masih ada waktu. Tapi siapa yang bisa menjamin?
Berapa banyak dari kita yang menyesali "nanti" yang tak pernah sempat terjadi?
> "The trouble is, you think you have time."
Masalahnya adalah... kamu mengira kamu masih punya waktu.
--- Buddha
Merangkul Setiap Nafas Sebelum Terakhir