"Oh itu masalahnya, tapi aku juga tidak punya uang sebanyak itu dan lagi pula suamiku harus tahu."
"Tolonglah aku, Teh Zahra, nanti bila ada rezeki pasti deh segera kubayar. Yakin deh, karena kios tempat usaha kami saat ini mulai ramai. Kami sudah pindah kios. Makanya kami butuh uang sebanyak itu.
"Besok aku kabari ya!" Semoga suamiku ada uang juga.
"Terima kasih Teh Zahra, kamu memang sahabat terbaikku."
"Sama-sama, selagi aku punya."
Kejadian itu sudah lama berlalu, beberapa bulan kemudian Jumira mengembalikan semua hutangnya. Dan bisnisnya bertambah maju. Penghasilannya berlipat ganda. Hutangnya tidak pernah saya minta, percaya saja kapan pun ada uangnya, tidak apa-apa asal dibayar. Jumira membayarnya tiga kali berturut-turut. Dan masih ada sisanya. Tapi aku bersikap biasa saja. Mengerti saja, yakin kok, suatu saat dia pasti bisa membayarnya.
Waktu berputar dengan cepatnya, aku mengalami kesulitan keuangan, dan sebagian ada yang pinjam. Aku menghubungi si Jumira, dia mau berbaik hati memberikan pertolongan yang sangat aku butuhkan.
"Sudah tidak apa-apa, pakai data aku saja ya, kan kamu pernah juga menolong aku say."
"Benar, Jumira tidak apa-apa aku pakai datamu, tenang saja, aku yang bayar tagihannya perbulan.
"Iya sahabatku Zahra, tidak apa-apa selagi aku juga tidak memakainya. Kebetulan kan kamu membutuhkannya."
"Terima kasih, ya say, semoga usaha kami lancar, biar nanti pembayarannya ke kamu tidak tersendat."
"Siplah, semoga sukses selalu ya."
Begitulah perjanjian kami saling menyemangati. Tetapi akhir- akhir ini kami kesulitan keuangan. Banyak usaha kami terhenti di tengah jalan. Sebenarnya uang masih ada, tapi masih dipakai oleh teman yang lain masih tempo lima bulan lagi. Sedangkan pembayaran aplikasi untuk Si Jumira terpaksa tertunda akhirnya nunggak selama sebulan.
Jumira yang awalnya aku kira sahabat yang pengertian. Ternyata mulutnya pedas, hatinya culas. Perihal hutang aku diumbar bahkan sampai dunia maya. Sungguh membuat aku jadi malu. Bahkan status WA, berulang kali menyindir.
Dia tidak menyadarinya, padahal ketika dia punya hutang, aku tidak pernah mengungkitnya bahkan  membiarkan saja, kapan dia punya uang. Aku tidak memaksa, mengerti kesulitannya. Padahal hutangnya masih ada beberapa lagi sama aku. Sekarang ketika dia sudah sukses. Seenaknya saja menyindir aku. Di atas langit masih ada langit. Roda kan berputar. Dia tidak menyadarinya, padahal dengan mengumbar kekurangan orang lain akan berbalik kepadanya suatu saat nanti. Hidup ini hanya sementara. Tiada yang abadi.Â
Kelak semuanya menjadi debu dan tanah, tidak ada yang dibawa mati.
Aku hanya mendoakannya semoga dia kembali sadar bahwa apa yang dilakukannya sudah menyakiti hati orang lain. Semoga rezeki berlimpah biar kesulitan keuangan yang kualami segera berlalu. Dan mulutnya ditutup dengan uang, hutangku segera lunas.
Bekasi, 24102020