Hatiku terasa bahagia, berharap sang kekasih selalu menghubungi diriku. Berawal dari dunia maya. Perkenalan berujung serius, sama-sama mencari pendamping hidup. Perkenalan kita berlanjut ke pertemuan tatap muka. Kekasih dunia maya ingin hubungan kami serius jenjang pernikahan. Setelah sering mengobrol lewat handphone, ingin juga saling mengenal wajah satu sama lain.
Janji bertemu jam dua siang di sebuah mall terbesar di Jakarta. Aku menguji kesabaran kekasih, sengaja aku datang terlambat dua jam. Apakah dia serius, ada perasaan takut di anggap tidak serius. Tapi aku berpikir jika jodoh tak akan kemana, hubungan ini pasti berlanjut.
Ternyata sang kekasih sabar menunggu pujaan hati. Aku terpana melihat wajahnya secara langsung. Ada perasaan sudah kenal lama dengannya padahal kami baru saat itu bertemu. Apakah ini namanya jodoh. Dan kami melanjutkan makan malam. Aku masih jaga penampilan, tidak mau diajak makan karena memang masih kenyang.
Menemani kekasih makan tiba-tiba perutku bunyi, eh wajah ini serasa merah seperti kepiting rebus. Sang kekasih berkata, sudah makan saja jangan malu-malu. Tapi karena sudah terlanjur tidak mau tetap saja malu-malu kucing. Pertemuan itu berakhir dengan rona bahagia di wajah kami. Aku merasa nyaman, dan merasa sudah kenal lama.
Kami melanjutkan perbincangan kami, sambil kutatap malu- malu wajahnya yang teduh membuat jantungku berdebar-debar kencang seperti habis lomba lari. Aku suka melihatnya bercerita tentang kisah- kisahnya waktu kuliah. Malam sudah mulai larut, sudah waktunya kami berpisah. Aku tidak malu-malu minta diantar pulang oleh sang pujaan. Kekasih dengan senang hati mengantarku pulang. Tapi aku merasa apakah hubungan kami berlanjut.
Keesokan harinya, dapat telepon dari sang kekasih. Hati ini riang tak terkira hubungan kami berlanjut, sampai  dua minggu sesudah itu kami jadian. Hati ini bahagia, malam minggu tidak jones lagi.
Erina Purba
Bekasi, 13 Desember 2018