Mohon tunggu...
Lesterina Purba
Lesterina Purba Mohon Tunggu... Guru - Penulis

Hidup hanya sebentar perbanyaklah kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Berdamai dengan Belahan Jiwa

10 Desember 2018   20:59 Diperbarui: 10 Desember 2018   21:03 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Prosais

Masih teringat jelas, perjuanganmu untuk menaklukkan hati ini. Janji manis yang terucap dari bibirmu, membuat diri ini menjatuhkan pilihan hanya untukmu. Kau saat itu bisa menaklukkan hati sang Ayahanda, yang sangat keras jika ada yang melamar putrinya. Aku salut pada saat itu, hingga aku menyerahkan diri untuk menjadi pendamping hidupmu.

Hidupku saat itu semakin indah bagaikan indahnya bunga mawar, indahnya pelangi.

Hingga hubungan kita dilanjutkan ke jenjang pernikahan. Semua ikut bergembira, serta rumput-rumput dan burung-burung di udara menyambut gembira, mereka bernyanyi riang menyaksikan kebahagiaan kami. Hingga aku mengandung, belahan jiwa masih sangat memuja dan mengasihi diriku.

Aku merasa sangat bahagia saat itu.

Kini semua tinggal kenangan, semakin besar buah hati kita, kau berbuat ulah, melakukan kesalahan-kesalahan yang fatal. Hingga aku tersakiti sampai ke ulu hati yang paling dalam. Tapi aku coba tetap berdamai demi buah hati kita, sehingga suatu saat aku mengikuti jejakmu. Dan hari ini, detik ini seperti ada yang mengetuk kepalaku dengan palu, sakit memang membuat aku menyadari kesalahan-kesalahan yang telah aku perbuat.

Aku terbangun dari tidurku yang panjang dan mimpi buruk yang paling nista di hidupku.  Menciptakan neraka di keluarga kita, aku tersadar atas segala kesalahan-kesalahan yang telah aku perbuat. Aku mengingat kembali janji suci kita, dua menjadi satu, berpisah sampai maut memisahkan. Menjadi keluarga yang patut ditiru. Kau sudah ternoda oleh keegoisanmu dan aku juga tidak mau kalah, malah membalas perbuatanmu melakukan hal yang sama. Sungguh hina hidup ini, masihkah ada ampun dosa untukku Tuhan.

Aku sudah lama berpaling dari-Mu, bisakah aku bersekutu lagi dengan-Mu. Aku rindu Tuhan, aku berseru memanggil nama-Mu memohon bimbing aku ke jalan terang dan kasih-Mu Tuhan. Aku merindukan keluarga yang utuh Tuhan, biarlah aku merenda kembali keutuhan rumah tangga kami. Apalagi sang belahan jiwa telah memohon maaf kepadaku agar kami rujuk kembali demi buah hati yang kian hari semakin bertambah besar dan membutuhkan kasih sayang kami.

Terima kasih Tuhan, Engkau masih menerimaku kembali, menyelamatkan dari dosa-dosaku selama ini, mengembalikan belahan jiwa berada di sisi kami, buah hati dan istrinya. Aku berjanji Tuhan, agar menjadi istri dan ibu yang setia sepanjang masa. Selalu memberikan yang terbaik untuk keluargaku.

Erina Purba
Bekasi, 10 Desember 2018

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun