Mohon tunggu...
Lestari Soonard
Lestari Soonard Mohon Tunggu... Administrasi - Terus belajar

Arsitek yang Terapis, Fotografer, menyukai menulis, eksperimen masak, tanaman, anabul, senang belajar hal baru. Buku : The Miracle of Doa, The Wonderful Sedekah

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Rahasia di Balik Kuliner dan Budaya Dhandhangan Kudus

27 Maret 2023   02:17 Diperbarui: 28 Maret 2023   22:09 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Soto Kerbau (dok. Pribadi)

Dibuka dengan untaian lagu keroncong dan tari, sore itu acara Kudus on The Spot FamTrip 2023 pun resmi dibuka. Rasanya tersanjung sekali ketika ibu Mutrikah , S.H. (Kepala Disbudpar Kudus), Bapak Arief Hartawan (Ketua BPPD Kabupaten Kudus), Bapak Ahmad Muthohar (GM Hotel @Hom Kudus), Bapak Tri Martanto (Sekretaris BPPD Jawa Tengah), bergantian menyambut kedatangan tim Kompasianer ke Kudus. Beliau berbagi tentang potensi Kudus yang ternyata luar biasa menyimpan harta karun wisata khas. Terima Kasih_/I\_

img-20230327-012053-6420995608a8b55e346483e2.jpg
img-20230327-012053-6420995608a8b55e346483e2.jpg
Kemudian makan malam, dengan menu khas Kudus racikan koki @Hom yang tidak perlu diragukan lezatnya.

Setelah beristirahat sejenak, kami pun ditemani menuju alun-alun Kudus untuk mengikuti Dhandhangan.

Dhandhangan

Kolase Masjid Menara Kudus, Kelenteng Hok Ling Bio, Taman Menara Kudus, Suasana Dhandhangan (Dok. Pribadi)
Kolase Masjid Menara Kudus, Kelenteng Hok Ling Bio, Taman Menara Kudus, Suasana Dhandhangan (Dok. Pribadi)

Dahulu, para santri berkumpul di depan Masjid Menara Kudus untuk mendengarkan pengumuman dari Sunan Kudus tentang awal Ramadhan. Tahun 2023 ini, diawali dengan Bupati Kudus memberangkatkan kirab dari Taman Menara Kudus. Kemudian ziarah ke Makam Sunan Kudus, lalu berdoa dan makan bersama setelah tabuh bedug Dandangan sebagai wujud rasa syukur akan datangnya Bulan Ramadhan.

Resonansi suara bedug yang dipukul, menimbulkan bunyi nyaring : Dhang! Dari sinilah lahirnya kata Dhandhangan.

Setelah makan malam, kami diajak berjalan ke alun-alun untuk merasakan suasana Dhandhangan. Meriah sekali suasananya. Jalan ditutup bagi kendaraan. Berbagai hiburan dan stand aneka kuliner dan bermacam produk bisa kita dapatkan. Sebagian peserta kembali ke hotel. Sementara saya, ingin melihat Menara Kudus. Saking ramainya pengunjung, jalan kaki pun perlu bersabar untuk bisa bergerak maju.

Tiba di Taman Menara Kudus, kami bermaksud melanjutkan ke Masjid Menara Kudus. Di sudut jalan, saya tertarik pada bangunan kelenteng Hok Ling Bio. Alhamdulillah...kami bahkan dibukakan pintu pagar dan dipersilakan masuk untuk melihat-lihat dan berfoto. Walau hanya di teras.

Bangunan Kelenteng telah ada sejak abad XV dan saat ini sudah menjadi Cagar Budaya.

Letak Kelenteng yang berdekatan dengan Masjid Menara Kudus sejak dulu, tentu sebagai bukti bahwa sejak jaman Sunan Kudus, kerukunan antar umat beragama sudah terbangun. Sikap menghargai pemeluk agama lain atau toleransi sangat tinggi.

Sudah selayaknya kita merawat semangat toleransi dan kerukunan beragama yang sudah dibangun Sunan Kudus khususnya di Kudus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun