Sesiang ini, tebalnya selimut begitu enggan terlepaskan.
Kian erat mendekapku hingga tak menghiraukan silaunya cahaya
Yang mulai merayapi jendela kaca dan menyusup ruang kamar tak bertirai.
Aku masih saja hanyut dalam buaian mimpi semalam,
Masih saja lekat memerankan harap tuk mengulang kembali adegan demi adegan yang semoga terulang.
Tiba-tiba sekejap terhentikan oleh lengkingan panjang suara kokok ayam jantan yang membuyarkan lelap dan memaksaku tuk membuka pejaman.
Jam dinding yang bergelantung tepat di hadapku pun tertawa,
Langkah jejarum panjang berdetak seakan mengejekku atas ketertinggalan diriku yang kian jauh di belakang.
Sungguh betapa sia waktu hanyut terbuang di nyenyaknya tidur panjang.
Lemah di pembaringan tiada hasrat tuk bangkit menatap matahari lagi.
Sampai kapan aku mesti hanyut ditelan bayanganku sendiri,
Dalam sunyinya kesendirian meratapi hidup terpenjara sepi.
Memasung hati, tiada hasrat terketuk merelakan lolongan panjang akan sebuah kehilangan yang tak akan membalikkan telapak tangan lagi.
Hati kecil lirih berbisik lekas menyudahi rasa yang tak berujung ini.
Namun redupnya nyali kian hari kian kembang mengempis,
Nyaris kikis terlumat habis digerus oleh dominasi bayang-bayang yang semakin bertahta dalam diri ini.
Hingga tak kuasa beranikan diri tuk bangkit, melawan rasa takutku sendiri
Kediri, 28 September 2020
Buah karya: Abdul Azis Le Putra Marsyah