Mohon tunggu...
Tyan Nusa
Tyan Nusa Mohon Tunggu... Seniman - Mahasiswa

Sedang Menempuh Studi Teologi di Fakultas Teologi Wedabhakti Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Aligori "Kertas Terbakar" Claret di Hadapan Sentimen Rasial Kala Pandemi

10 Desember 2020   13:16 Diperbarui: 10 Desember 2020   13:18 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: kulturehub.com

Ketika pecah epidemi Kolera pada 1832, ratusan ribu orang di Eropa dan Amerika Utara---100.000 orang New York atau sekitar separuh penduduk kota itu---para imigran Irlandia-lah yang dituding sebagai penyebarnya. Sehingga timbul gelombang anti-imigran. Padahal, kolera pertama kali muncul di India pada 1817.

Dalam catatan medis A Treatise On the Practice of Medicine (1858) karya George B Wood MD, digambarkan penyebaran kolera menembus Asia dan Timur Tengah selama 1820-an. Pada 1830, kolera dikabarkan ditemukan di Moskwa, lalu Warsawa, Berlin, Hamburg, dan Inggris bagian utara. Awal 1832, giliran London diserang, lalu Paris. Pada 8 Juni 1832, diberitakan ditemukan penderita kolera di Quebec dan 10 Juni 1832 di Montreal, Kanada. Dan, masuk New York City, 24 Juni 1832.

Cerita serupa terjadi dalam kasus virus Ebola. Karena pertama kali menyerang Nzara, Sudan Selatan, dan Yambuku, Republik Demokratik Kongo, pada 1976, timbul xenofobia dan rasisme terhadap orang-orang dari Afrika. Lalu ketika wabah yang sama meradang antara 2014 dan 2016 di Afrika Barat, dari Guinea lalu ke Sierra Leone dan Liberia, makin kuatlah sentimen anti-Afrika itu (Forbes, 28 Februari 2020).

Hal serupa sekarang dimainkan dengan virus korona (atau Covid-19). Mengapa ini terjadi? Berdasarkan sebuah studi pada 2019, yang kemudian diterbitkan oleh jurnal Social Psychological and Personality Science, paparan penyakit menular dapat meningkatkan ketegangan rasial. Apabila di suatu kawasan merebak wabah yang mudah menular, orang akan cenderung berpihak kepada komunitas yang sama---entah itu warna kulit, ras, etnis, bahkan agama---dan menolak orang atau komunitas yang berbeda.

Menurut studi itu, orang cenderung menunjukkan tingkat kesukuan tertentu dalam kehidupan. Hal itu juga terjadi dalam politik, olahraga, teori konspirasi, dan banyak lagi. Orang juga cenderung takut pada hal-hal yang tidak mereka mengerti. Sering kali lebih mudah untuk membuat narasi yang sesuai dengan zona kenyamanan, kapasitas intelektual, atau ideologi seseorang. Oleh karena itu, tidak mengherankan bahwa pandangan rasis atau xenofobik akan muncul dari ketakutan dan kecenderungan mempertahankan diri.

Claret dan Aligori "Kertas Terbakar" 

St. Antonius Maria Claret (Spanyol: Antonio Maria Adjutorio Juan Claret y Clara) dilahirkan di Vich, Provinsi Barcelona, Spanyol pada 23 Desember 1807. Dia adalah misionaris Katolik, Uskup Agung Santiago de Cuba, bapa pengakuan Isabella II dari Spanyol, dan pendiri Kongregasi Cordis Mariae Filii (Indonesia: Konggregasi Putra-Putra Hati tak Bernoda Maria).

Di antara inisiatif besarnya sebagai uskup agung: sekolah kejuruan dan perdagangan untuk anak-anak yang kurang beruntung dan koperasi untuk orang miskin, Claret menulis buku tentang spiritualitas pedesaan dan metode pertanian, yang dia sendiri uji terlebih dahulu. Dia mengunjungi penjara dan rumah sakit, membela yang tertindas dan mencela rasisme. Reaksi yang diharapkan segera datang. Dia mulai mengalami penganiayaan dan akhirnya ketika berkhotbah di kota Holgun, seorang pria menusuk pipinya untuk membunuhnya. Bagi Claret, ini adalah kesenangan yang besar.

Di masa hidupnya Eropa sedang tenggelam dalam epidemi perbudakan yang menjerat aktor-aktor kapitalisme dan para intelektual. Sebut saja pertunjukan Human Zoo Hagenbeck yang naik daun antar 1830-1840 dan memuncak sejak 1870---era Imperialisme Baru. Pesaing Hagenbeck mempertunjukkan kebun binatang yang berisi manusia asli Madagaskar, Senegal, hingga Suriname. Ada pula yang membawa orang-orang pribumi dari wilayah Asia, terutama Srilanka, India, dan suku asli di Filipina. Amerika Tengah dan Selatan, kawasan yang pertama kali dieksplorasi para penjelajah Eropa, tak luput dari bisnis ini. Orang suku asli di Cile hingga ke Puerto Rico diboyong untuk dipamerkan di world fair yang diselenggarakan di Saint Louis, AS, hingga ke Antwerp, Belgia.

Cuba tidak luput dari iklim serupa. Semasa menjalankan tugas kegembalaannya, Claret menemukan banyak ketidakadilan rasial terjadi si sana. Misalnya dekrit kerajaan tertanggal 16 Oktober 1805 yang mewajibkan adanya izin Gubernur Jenderal sebelum seorang pria berkulit putih dari keturunan bangsawan boleh menikah dengan seorang wanita berkulit tidak putih. Namun ketentuan-ketentuan dekrit ini telah diperluas secara tidak bertanggung jawab sehingga diberlakukan untuk sembarang pria berkulit putih. Akibat praktis dari pemutarbalikkan ini adalah makin bertambahnya pasangan yang kumpul kebo. Di awal penugasaannya sebagai uskup Claret, ada lebih dari 400 pasangan yang menikah secara tidak sah.

Pemberontakan Claret di hadapan penindasan rasial dan perbudakan sangat jelas tercitra dalam Aligori "Kertas Terbakar". Kisah bermula saat Claret mendapati seorang budak berkulit hitam (negro) yang diperlakukan kasar oleh majikannya, si tukang kebun. Claret memanggil tuan kebun tersebut, menegurnya dan mengajaknya berbincang. Ketika keduanya ada di satu meja yang sama Claret mengeluarkan dua carik kertas berwarna hitam dan putih  kemudian dibakarnya. Tidak butuh waktu lama keduanya berubah menjadi abu. Claret menjernikan pemikiran sesat tuan kebun tersebut. Bahwa ibarat kertas, setiap ras manusia sesunggunya berasal dari unsur yang sama-tanah atau abu dalam tradisi lisan kisah penciptaan Adam dan Hawa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun